Paylater BCA Ngebut, Ini Pemicu Outstanding Melonjak 148% dalam Setahun

Ringkasan
- Paylater BCA mencatat outstanding pinjaman Rp 339 miliar dan 150 ribu pengguna pada Januari 2025, meningkat signifikan dari sebelumnya.
- Rasio kredit bermasalah (NPL) paylater BCA terjaga, menawarkan solusi keuangan stabil bagi pengguna.
- Transaksi paylater BCA mudah melalui integrasi QRIS, memungkinkan pengguna memilih sumber pembayaran langsung dari tabungan atau fasilitas paylater.

Perbankan raksasa, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA menyampaikan layanan kredit buy now pay later (BNPL) atau paylater BCA mencatatkan kinerja positif hingga awal tahun 2025 ini. EVP Transaction Banking Business Development BCA, I Ketut Alam Wangsawijaya, mengatakan sejak diluncurkan pada Oktober 2023, outstanding pinjaman paylater BCA mencapai Rp 339 miliar per Januari 2025.
Ketut mengatakan capaian paylater meningkat sekitar 148% secara tahunan (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. “Posisi ini masih dalam tren terus meningkat,” kata Alam pada acara BCA Expoversary 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Kamis (20/2).
Sementara untuk jumlah pengguna layanan paylater BCA telah mencapai 150 ribu pengguna. Alam mengatakan angka ini meningkat dari sebelumnya 100 ribu pengguna dari beberapa bulan yang lalu.
Lebih jauh ia mengatakan rasio kredit bermasalah (NPL) paylater BCA juga masih terjaga. Meski begitu Alam belum bisa menjelaskan secara rinci.
Alam menjelaskan penggunaan layanan paylater BCA dapat menjadi solusi untuk menjaga stabilitas keuangan. Dengan adanya fitur tersebht, pengguna memiliki akses ke dana darurat yang dapat digunakan kapan saja tanpa mengganggu kondisi keuangan.
Selain itu, ia mengataka mudahnya transaksi paylater karena layanan paylater telah terintegrasi dengan sistem pembayaran QRIS. Saat melakukan transaksi, katanya, pengguna cukup melakukan pemindaian kode QR, kemudian memilih sumber pembayaran, apakah dari tabungan atau menggunakan fasilitas paylater.
BCA Raup Laba Rp 4,73 Triliun, Naik 5,8% YoY pada Januari 2025
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan laba bersih Rp 4,73 triliun pada awal bulan 2025. Laba bersih secara bank only BBCA naik 5,8% dibandingkan Januari 2024 yang mencapai Rp 4,47 triliun. Kenaikan laba seiring pencapaian pendapatan bunga bersih Rp 6,7 triliun. Pendapatan bunga bersih BCA naik 6,7% dari periode Januari 2024 yakni Rp 6,3 triliun.
Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja menilai kinerja bank only BBCA mencatatkan performa yang baik yang didorong oleh net Interest Margin (NIM) atau margin bunga bersih dan Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau Pre–Provision Operating Profit (PPOP) yang solid. Pertumbuhan laba juga didorong pertumbuhan kredit masih kuat, serta biaya kredit atau credit cost (CoC) naik imbas efek temporer.
Menurut laporan kinerjanya, BCA mencatatkan margin bunga bersih bank only sebesar 5,91% pada Januari 2025 naik 20 basis poin secara tahunan atau year on year (yoy). Namun NIM BCA turun 12 basis poin secara bulanan atau month on month (MoM)
"Ini lebih baik dibandingkan guidance konsolidasi FY25 dari manajemen di kisaran 5,7 sampai 5,8%," kata Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja dalam riset resminya, Senin (17/2).
Rahmanto turut menyoroti hal ini didorong oleh peningkatan rasio dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) ratio menjadi 82,6% dan perpindahan asset mix dengan yield lebih tinggi. Selain itu, NIM yang solid tercermin terhadap Net Interest Income (NII) atau pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 6,7 triliun, naik 6,7% yoy.
Dari sisi intermediasi, kredit bank only tumbuh 15% pada Januari 2025. Angkanya lebih tinggi dibandingkan guidance konsolidasi sepanjang 2025 dari manajemen yang memproyeksikan melandai ke kisaran 6 hingga 8% yoy. Sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) masih terjaga sebesar 3,9%.
Adapun rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) masih terjaga di level 79,7%. Biaya kredit atau credit cost (CoC) bank only pada Januari 2025 naik menjadi 0,76% dibandingkan Januari 2024 yakni 0,29%. Rahmanto menyebut angka ini lebih tinggi dibandingkan guidance konsolidasi sepanjang 2025 dari manajemen yaitu di level 0,3%.
"Kenaikan CoC tersebut lebih disebabkan oleh efek temporer berupa liburan panjang yang terjadi pada akhir Januari 2025. Biasanya, kinerja CoC pada bulan berikutnya akan berbalik," katanya