Rencana Besar PGEO Perluas Bisnis ke Pusat Data Hijau, Berikut Skemanya
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berencana memperluas lini bisnis ke sektor pusat data hijau (green data center) berbasis energi panas bumi. Inisiatif ini diklaim menjadi yang pertama di Indonesia, dan diarahkan untuk menopang pertumbuhan industri digital yang rendah emisi karbon.
Pusat data hijau merupakan fasilitas penyimpanan dan pengolahan infrastruktur teknologi informasi yang mengandalkan teknologi hemat energi, guna menekan konsumsi listrik dan dampak lingkungan.
Dalam pengembangan pusat data hijau, Pertamina Geothermal Energy atau PGEO akan berkolaborasi dengan Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO) dan Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Direktur Eksplorasi dan Pengembangan Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Edwil Suzandi mengatakan, kerja sama itu akan menjadi fondasi teknis dan komersial dalam penyusunan peta jalan pengembangan green data center. Peta jalan ini nantinya menjadi dasar untuk memasuki tahap implementasi proyek.
“Terobosan ini merupakan langkah strategis untuk membuka peluang baru industri digital beremisi rendah di Indonesia,” ujar Edwil dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia atau BEI, dikutip Senin (15/12).
Edwil menyampaikan, kebutuhan pusat data di dalam negeri terus meningkat seiring bertambahnya pengguna internet dan digitalisasi di berbagai sektor. Data Kementerian Komunikasi dan Digital atau Komdigi mencatat jumlah pengguna internet di Indonesia melampaui 212 juta orang.
Seiring dengan tren itu, fasilitas data center diperkirakan terus bertambah sampai 2029 - 2030.
Berdasarkan proyeksi pertumbuhan konsumsi listrik industri, sekitar 26% peningkatan kebutuhan listrik didorong oleh pertumbuhan data center. Kapasitas data center nasional diperkirakan meningkat dari sekitar 520 megawatt (MW) pada 2025 menjadi 1,8 gigawatt (GW) pada 2030.
“Hal ini membuka peluang bagi PGE untuk terlibat lebih jauh dalam sektor digital rendah karbon. PGE ingin menjadi bagian dari perjalanan ini, memastikan bahwa pertumbuhan digital Indonesia dibangun dengan bertanggung jawab dan berkelanjutan,” kata Edwil.
Ketua Umum IDPRO Hendra Suryakusuma menyebut data center memiliki peran vital sebagai tulang punggung infrastruktur digital nasional. Menurut dia, pemanfaatan energi panas bumi untuk data center merupakan langkah strategis yang menjawab dua tantangan sekaligus, yakni ketersediaan energi jangka panjang dan penurunan emisi karbon secara sistemik.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi Umum Fakultas Teknik Universitas Indonesia Dalhar Susanto menilai inisiatif itu menjadi momentum penting untuk memperkuat riset terapan dan hilirisasi teknologi di bidang energi dan infrastruktur digital.
“Integrasi pemanfaatan panas bumi sebagai sumber listrik hijau bagi pengembangan data center membuka peluang lahirnya solusi inovatif yang berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan industri masa depan. Kami siap memberikan dukungan akademik agar proyek ini memberi manfaat maksimal,” ujarnya.
Melalui pengembangan green data center, Pertamina Geothermal Energy atau PGEO akan bergerak sebagai pendorong transformasi digital nasional yang sejalan dengan agenda ekonomi rendah karbon. Adapun saat ini, PGEO mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dan satu penugasan dengan total kapasitas terpasang mencapai 1.932 MW.
