Hadapi Gejolak Global, BI Minta Pemerintah Gelontorkan Stimulus Fiskal

Agatha Olivia Victoria
29 November 2019, 08:08
Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan keterangan mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/11/2019). RDG BI memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) di posisi
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pihaknya tak bisa sendirian mengatasi dampak perlambatan perekonomian global.

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun depan masih akan melambat akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Pemerintah diminta ikut menahan dampaknya dengan memberikan stimulus fiskal dan mendorong reformasi saktor riil. 

"Bank sentral tidak bisa menjadi the only game in town. Perlu sinergi bauran kebijakan ekonomi nasional, baik melalui stimulus fiskal maupun reformasi ekonomi di sektor riil," ujar Gubernur BI Perry  Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan BI 2019 di Jakarta, Kamis (28/11).

Perry menjelaskan, kebijakan moneter yang digelontorkan pihaknya belum tentu selalu efektif mengatasi dampak buruk perang dagang. Hal ini terlihat pada kebijakan yang dikeluarkan bank sentral negara-negara lain. 

Ia mencontohkan, Bank Sentral Eropa telah menurunkan bunga hingga negatif dan menginjeksi likuiditas melalui ekspansi neraca. Hal serupa juga dilakukan oleh Bank Sentral Jepang yang melanjutkan kebijakan quantitative easing. 

(Baca: Di Depan Jokowi, Gubernur BI Janji Ekonomi 2020 Terjaga)

Di sisi lain, Bank Sentral AS atau The Federal Reserve telah menurunkan suku bunga tiga kali sebesar 0,75% pada tahun ini, berbalik arah dari tahun lalu. Pada 2018, The Fed menaikkan bunga acuannya dalam rangka normalisasi kebijakan moneter seiring perekonomian yang membaik usai diterpa krisis 2008. 

'Sayangnya penurunan suku bunga dan injeksi likuiditas di banyak negara belum mampu menyelamatkan ekonomi dunia," jelas dia. 

BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun depan akan berkisar 3,1%, sedikit membaik dibanding proyeksi tahun ini sebesar 3%. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonsia diramal tumbuh di antara 5,1% hingga 5,5%, tak jauh berbeda dari proyeksi tahun ini sekitar 5,1%.  

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...