Dolar AS Melemah Menjelang Pengumuman Bos Baru The Fed
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah lantaran investor diduga tengah mencerna informasi yang menyebut bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal menunjuk Jerome Powell sebagai pemimpin baru Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Alhasil, sederet mata uang dunia tercatat menguat terbatas, termasuk rupiah.
Mengacu pada data Bloomberg, euro menguat 0,16% terhadap dolar AS. Sedangkan di kawasan Asia Pasifik, penguatan dialami peso Filipina sebesar 0,40%, lalu diikuti rupiah 0,21%. Sedangkan yen Jepang, ringgit Malaysia, bath Thailand, dolar Singapura menguat tipis kurang dari 0,1%. Di sisi lain, yuan Tiongkok dan rupe India tercatat melemah masing-masing sebesar 0,17% dan 0,02%.
Bloomberg melansir, berdasarkan informasi dari empat sumber, Donald Trump akan menunjuk Powell ke posisi teratasdi The Fed pada Kamis pukul 15.00 waktu Washington D.C. Powell dipandang oleh investor sebagai kandidat yang memiliki kecenderungan kebijakan sama dengan pemimpin The Fed saat ini Janet Yellen. Sebab, secara umum, ia mendukung pendekatan hati-hati Yellen untuk menarik stimulus.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo juga menyatakan menjagokan Powell sebagai pemimpin baru The Fed. Namun, siapapun yang terpilih, ia berharap orang tersebut miliki ketenangan dalam berkomunikasi, melandaskan kebijakannya dengan basis data, dan mampu menjelaskannya kepada publik dengan baik.
Harapannya, pelaku pasar jadi bisa memiliki prediksi yang relatif jelas tentang arah kebijakan The Fed. "Maka pasar tidak berspekulasi," kata dia di kantornya, Jakarta, Kamis (2/11). (Baca juga: BI Anggap Normal Arus Keluar Dana Asing dari Pasar Modal)
Di sisi lain, menghadapi kecenderungan kebijakan moneter ketat The Fed, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah dan BI akan terus memperkuat fondasi ekonomi. The Fed diprediksi bakal menaikkan bunga dananya atau Fed Fund Rate pada Desember mendatang seiring dengan perbaikan ekonomi di negara tersebut.
Kebijakan ini disebut-sebut bakal mendorong investor asing menarik dananya dari pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. "Kami akan tetap fokus menguatkan fondasi-fondasi kami, sehingga Indonesia tidak terpengaruh secara sangat signifikan," ucapnya.
Selain itu, ia juga akan memastikan seluruh kebijakan fiskal dan moneter disampaikan dengan jelas untuk memberikan kepastian bagi publik, termasuk pengusaha dan investor. (Baca juga: Pengusaha: Ranking Kemudahan Usaha Naik Tak Otomatis Memacu Investasi)