Tembus US$ 120 Miliar, Cadangan Devisa Dekati Rekor Tertinggi
Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa mencapai US$ 121,8 miliar pada akhir Maret lalu. Level ini merupakan yang tertinggi kedua sepanjang sejarah. Cadangan devisa naik US$ 1,9 miliar dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 119,9 miliar.
Besarnya cadangan devisa saat ini mengingatkan Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dengan kondisi sebelum krisis Eropa. Ketika itu, cadangan devisa terus menanjak hingga mencetak rekor tertingginya US$ 124,6 miliar pada Agustus 2011.
"Cadev tertinggi itu kan zaman sebelum krisis Eropa. Pernah cadev Indonesia sampai US$ 124,6 miliiar," kata Mirza di Kompleks BI, Jumat (7/4).
Ia membenarkan penerbitan surat berharga negara (SBN) turut mendongkrak cadangan devisa saat ini. Pada Maret lalu, pemerintah memang menerbitkan surat utang syariah (sukuk) global berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS). Nilainya sebesar US$ 3 miliar atau setara Rp 39,9 triliun.
Sukuk tersebut untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017. “Tentunya di dalamnya (cadangan devisa) sudah ada dari penerbitan global sukuk,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan, selain ditopang penerbitan sukuk dan lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valuta asing (valas), cadangan devisa juga disokong oleh penerimaan pajak serta devisa ekspor minyak dan gas (migas) bagian pemerintah. (Baca juga: Sukuk Global Terjual Rp 40 Triliun, Terbanyak Diborong Investor AS)
Adapun, posisi cadangan devisa yang sebesar US$ 121,8 miliar diklaim cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. Ini artinya, cadangan devisa berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
“Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo," kata Tirta dalam keterangan persnya, Jumat (7/4). (Baca juga: Surat Utang Diborong, Indonesia Banjir Dana Asing Rp 79,1 Triliun)
BI menilai cadev tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.