Belanja Pemerintah Rendah, Pertumbuhan Ekonomi 2016 di Bawah Target
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2016 secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 4,94 persen. Realisasi ini menurun 1,77 persen dibanding kuartal sebelumnya. Alhasil, sepanjang 2016, ekonomi tumbuh 5,02 persen atau di bawah target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016 yang sebesar 5,2 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2016 karena belanja pemerintah yang lebih kecil dibanding kuartal yang sama 2015. Realisasi belanja pemerintah sebesar Rp 549 triliun atau 26,36 persen dari pagu, lebih rendah secara persentase dibandingkan kuartal IV-2015.
Pada kuartal IV-2016, BPS mencatat pertumbuhan konsumsi pemerintah menurun 4,05 persen. Penurunan ini lebih besar dibanding kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,97 persen. Jadi, pertumbuhan konsumsi pemerintah pada 2016 turun 0,15 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Padahal, pemerintah mengandalkan konsumsi pemerintah untuk mendongkrak perekonomian dalam dua tahun terakhir. Sebab, kegiatan ekspor-impor lesu di tengah perlambatan ekonomi global dan terganggunya konsumsi rumah tangga akibat melemahnya daya beli.
Konsumsi rumah tangga pada kuartal IV-2016 menurun dari 5,01 persen di kuartal sebelumnya menjadi 4,99 persen. Sedangkan sepanjang 2016 konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,01 persen atau sedikit lebih baik dibandingkan 2015 yang sebesar 4,96 persen.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Komponen Pengeluaran:
Komponen Pengeluaran | 2014 | 2015 | 2016 |
Konsumsi Rumahtangga | 5,15 | 4,96 | 5,01 |
Konsumsi LNPRT | 12,19 | -0,62 | 6,62 |
Konsumsi Pemerintah | 1,16 | 5,32 | -0,15 |
PMTB | 4,45 | 5,01 | 4,48 |
Ekspor Barang & Jasa | 1,07 | -2,12 | -1,74 |
Dikurangi Impor | 2,12 | -6,41 | -2,27 |
PDB (%) | 5,01 | 4,88 | 5,02 |
Sumber: BPS
Menurut Suhariyanto atau lebih akrab disapa Ketjuk, konsumsi ini paling besar dari sisi transportasi, komunikasi, makanan dan minuman. Penjualan mobil wholesale juga naik 11,24 persen dibanding kuartal sebelumnya dan 12,18 persen secara tahunan.
“Nilai transaksi debit untuk belanja tumbuh 18,29 persen, naik dari 17,86 persen di 2015. Impor barang konsumsi tumbuh 13,56 persen setelah terkontraksi 14,17 persen di kuartal IV 2015,” katanya dalam konferensi pers BPS di Jakarta, Senin (6/2).
Sementara itu, komponen Produk Domestik Bruto dari sisi pengeluaran lainnya, yaitu Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal IV-2016 tumbuh 4,8 persen atau lebih baik dari kuartal sebelumnya yang sebesar 4,06 persen.
Menurut dia, PMTB terbesar berada di bidang bangunan, kendaraan, produk intelektual dan peralatan lainnya. PMTB merupakan pengeluaran untuk barang modal sebagai investasi, seperti untuk bangunan, jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan.
Produksi semen di kuartal IV mencapai 17,18 juta ton atau naik 15,95 persen secara kuartalan, namun turun 2,87 persen secara tahunan. “Data asosiasi semen selama 2016 produksi semen naik 0,95 persen dan penjualan 0,97 persen. Ini akan pengaruh ke sektor konstruksi dan investasi,” ujar Ketjuk.
Meski begitu, pertumbuhan PMTB 2016 yang sebesar 4,48 persen lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,01 persen. Penyebabnya adalah belanja modal menurun 21,88 persen. Begitu pula dengan penurunan impor barang jenis mesin dan perlatan.
Yang mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir tahun lalu yakni konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh 6,72 persen. Realisasi ini lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya sebesar 6,65 persen. Adapun, sepanjang 2016 komponen ini tumbuh 6,62 persen atau jauh lebih baik dibandingkan 2015 yang malah terkontraksi 0,62 persen. “Pendorongnya ini karena pemilihan kepala daerah (pilkada),” kata Ketjuk.
Sementara itu, ekspor pada kuartal IV-2016 tumbuh 4,24 persen berkat kenaikan harga komoditas. Sementara itu, impor tumbuh 2,82 persen, juga lebih baik dibanding kuartal sebelumnya yang terkontraksi 3,9 persen.
Pencapaian ekonomi kuartal IV dan sepanjang 2016 sejalan dengan taksiran sebelumnya oleh beberapa ekonom. Ekonom Bahana Securities Fakhrul Fulvian memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal IV sebesar 4,9 persen dan 5 persen untuk keseluruhan tahun.
Ekonom dan Institusi | Proyeksi Q4 - 2016 | Proyeksi 2016 |
Direktur BI Juda Agung | 4,88 persen | 5 persen |
Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan | 4,9 persen | 5 persen |
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih | 5,05 persen | 5,04 persen |
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual | 5-5,2 persen | 5,03-5,08 persen |
Ekonom Maybank Juniman | 5-5,1 persen | 5-5,06 persen |
Ekonom Bahana Securities Fakhrul Fulvian | 4,9-5 Persen | 5 Persen |
Ekonom SKHA Consulting Eric Sugandi | 4,9 persen | 5 persen |
Ekonom SKHA Consulting Eric Sugandi memperkirakan ekonomi cuma tumbuh 4,9 persen di kuartal IV, meski sudah ditopang belanja masyarakat terkait Natal dan tahun baru, pilkada dan perbaikan kinerja ekspor. “Secara keseluruhan, tahun ini saya perkirakan tumbuh lima persen,” tutur Eric.
Adapun, Ekonom Maybank Juniman mengatakan perbaikan kinerja ekspor turut mendorong laju pertumbuhan ekonomi 2016. Ia melihat pertumbuhan ekonomi di kuartal IV bisa mencapai 5-5,1 persen.