Ekonomi Kuartal III Tumbuh 4,85 Persen, BI: Bunga Turun kalau Didukung Data
KATADATA - Bank Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi pada semester II hingga akhir tahun nanti akan lebih baik. Meski begitu, bank sentral masih mengkaji pelonggaran kebijakan moneter berupa penurunan suku bunga acuan BI rate karena melihat kondisi ekonomi global tetap berisiko.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2015 sebesar 4,85 persen. Ini lebih baik dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal I dan kuartal II lalu yang masing-masing 4,7 persen dan 4,67 persen. Namun, ini sedikit lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun lalu yang sebesar 4,9 persen.
Jika dihitung sejak awal tahun ini, ekonomi sudah tumbuh 4,74 persen. Adapun BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini berkisar 4,7 persen hingga 5,1 persen. “Fundamental ekonomi Indonesia membaik,” kata Agus seusai rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) di Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta, Kamis malam (22/10).
(Baca: BI Kembali Merevisi Target Pertumbuhan Ekonomi 2015)
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini akan lebih baik karena terutama didukung oleh meningkatnya penyerapan belanja pemerintah. Padahal, di saat yang sama, banyak negara-negara ekonomi berkembang mengalami perlambatan ekonomi. “Indonesia masuk turning point dengan pertumbuhan ekonomi lebih baik,” ujar Agus.
(Baca: Bank Dunia: Kuartal Ketiga Awal Pertumbuhan)
Sebelumnya, Bank Dunia juga melihat belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur dasar telah mendorong investasi dan mengerek pertumbuhan ekonomi. Alhasil, Bank Dunia menaksir pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III tahun ini sebesar 4,8 persen. Ini menjadi pijakan awal pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah lesu terseret kondisi ekonomi global. Meski begitu, ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini diperkirakan hanya mencapai 4,7 persen.
Fundamental ekonomi Indonesia yang membaik juga ditopang oleh melambatnya laju inflasi. BI memperkirakan inflasi pada akhir tahun bisa di bawah 4 persen, bahkan mencapai 3,6 persen. Ini lebih rendah dari prediksi awal sebesar 4,3 persen. Namun, ke depan, BI melihat risiko musim kering berkepanjangan (El Nino) bisa mengerek harga beres dan laju inflasi.
Sementara itu, BI memperkirakan, defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III-2015 sebesar 1,8 persen dari produk domestik bruto (PDB). Alhasil, di pengujung tahun nanti, angkanya bisa mencapai 2 persen hingga 2,1 persen atau lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang sebesar 3,1 persen.
(Baca: Iwan Jaya Azis: BI Rate Harus Turun)
Mengacu kepada membaiknya semua indikator makro ekonomi, Agus mengakui, memang ada ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Namun, BI melihat ketidakpastian ekonomi global masih tinggi. “Kondisi ekonomi domestik mengarah kuat tetapi kami tetap memberi perhatian tinggi pada kondisi eksternal,” ujarnya.
Ada tiga faktor eksternal yang menjadi kekhawatiran BI. Yakni, perlambatan ekonomi Cina, risiko kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga dan penurunan harga komoditas.
Menurut Agus, tiga faktor tersebut akan mempengaruhi perilaku pasar yang berefek terhadap pelemahan rupiah dan penurunan indeks saham. Hal itu yang menjadi alasan BI mempertahankan BI rate sebesar 7,5 persen pada bulan Oktober ini, Untuk bulan depan, BI masih mengkaji peluang menurunkan suku bunga acuan. “Kami akan lakukan satu perubahan kebijakan sepenuhnya bila didukung data,” kata Agus.