Cost Recovery yang Rendah Akan Berdampak pada Lifting Migas
KATADATA ? Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menyebut anggaraan cost recovery yang rendah, dapat mempengaruhi target lifting migas.
Dari simulasi perhitungan yang dilakukan SKK migas, memang ada kekhawatiran bahwa anggaran cost recovery yang rendah, menyebabkan lifting migas menjadi rendah. "Kami khawatir kalau lebih rendah, bakal terkena ke lifting," kata dia di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (11/2).
Sebelumnya, pemerintah mengajukan dua opsi angka cost recovery atau penggantian biaya produksi migas. Pertama, cost recovery sebesar US$ 16,5 miliar, penerimaan migas diperkirakan mencapai Rp 117 triliun. Sedangkan dengan angka cost recovery kedua sebesar US$ 14 miliar, penerimaannya menjadi Rp 139 triliun.
Panitia Kerja Badan Anggaran (Banggar) DPR RI akhirnya memutuskan untuk memilih opsi angka kedua untuk dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015. Meski begitu, rapat Komisi VII bersama pemerintah juga telah menyepakati bahwa target lifting migas tahun ini hanya 825.000 barel per hari (bph). Target lifting ini lebih rendah dari APBN 2015 sebesar 900.000 bph dan usulan pemerintah sebesar 849.000 bph.
SKK Migas tetap berharap target lifting tahun ini bisa terlampaui, mengingat dalam 10 tahun terakhir taregtnya tidak pernah tercapai. Otoritas hulu migas ini pun mengusulkan agar para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) melakukan efisiensi biaya.
Salah satu cara efisiensi yang bisa dilakukan adalah negosiasi ulang dengan pihak ketiga mengenai kontrak-kontrak yang terkait dengan biaya produksi ataupun eksplorasi. Hal tersebut sangat memungkinkan, mengingat harga minyak dunia yang sedang mengalami penurunan.
"Pekerjaan-pekerjaan dengan vendor itu kan sebagian nilainya dipengaruhi harga minyak. Kalau harga minyak turun, harusnya bisa turun juga," ujar dia.
Di tempat terpisah Vice President Public and Government Affairs Exxon Mobil, Mobil Cepu Ltd Erwin Maryoto mengatakan pengurangan cost recovery tidak akan mengurangi aktivitas produksi Exxon Mobil. Dia malah menargetkan produksi minyak di lapangan Banyu urip meningkat menjadi 165 ribu bph.
"Sekarang kami produksi 40.000 bph, ditingkatkan secara bertahap dan diharapkan tahun ini bisa 165.000 bph," ujar dia.