Kemenangan Jokowi di Depan Mata, Rupiah Diprediksi Menguat
KATADATA ? Kurs rupiah diprediksi menguat setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan secara resmi hasil pemilihan presiden (pilpres). Penguatan rupiah tersebut seiring dengan perkiraan bahwa Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, yang akrab dipanggil Jokowi, memenangkan pilpres.
Berdasarkan real count sementara KPU yang sudah mencakup 71,43 persen suara, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla memenangkan 52,39 persen suara. Sementara pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meraih 47,61 persen suara.
Sejumlah ekonom dan analis yang disurvei Katadata memprediksi kurs rupiah akan berada di kisaran Rp 10.800-Rp 11.500 per dolar Amerika Serikat (AS) jika Jokowi berhasil memenangkan kursi presiden.
Namun, penguatan rupiah itu bisa saja terhambat jika Prabowo menggugat hasil rekapitulasi KPU ke Mahkamah Konstitusi. Diprediksi rupiah bisa kembali ke level Rp 12.000 jika Prabowo tidak mau menerima hasil rekapitulasi KPU.
?Kalau hasilnya sesuai harapan, maka rupiah akan berada di kisaran Rp 10.800-Rp 11.200 per dolar AS. Tapi kalau tidak sesuai harapan, rupiah bisa tembus Rp 12.000-Rp 12.300 kata Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, saat dihubungi Katadata, Senin (21/7).
Meski begitu, investor menilai penguatan rupiah setelah pengumuman KPU nanti hanya akan berlangsung untuk jangka pendek. Apalagi, pengumuman KPU itu berdekatan dengan masa libur lebaran. ?Ini hanya euforia sesaat hasil pemilu saja. Karena setelah itu ada libur lebaran,? ujar Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner Infovesta Saran Mandiri.
Dalam perhitungannya, rupiah akan berada di level Rp 11.200 per dolar AS jika Jokowi yang diumumkan sebagai presiden. Adapun jika Prabowo menang rupiah akan melemah di kisaran Rp 11.800-Rp 12.000 per dolar AS.
Menurut Saktiandi Supaat, Head of Research Foreign Exchange Maybank, pasar masih memposisikan kemenangan Jokowi dalam pengumuman KPU besok. Hal ini terlihat dari aliran dana asing yang mencapai US$ 215,1 juta sepanjang pekan lalu, sekaligus mendorong penguatan rupiah.
Dia memperkirakan, rupiah akan tambah kuat jika Prabowo Subianto, pesaing Jokowi dalam pilpres, menerima hasil rekapitulasi KPU. Namun jika mantan Danjen Kopassus tersebut menolak hasil pilpres, diperkirakan meningkatkan ketidakpastian politik setidaknya dalam sebulan ke depan. ?Rupiah kemungkinan akan melemah,? katanya dalam riset yang dirilis hari ini.
Menjelang pengumuman KPU, rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp 11.500-Rp11.750 per dolar AS. Jika Jokowi dinyatakan sebagai pemenang, hal ini akan memberikan dampak positif sehingga rupiah bisa berada di level Rp 11.300 per dolar AS. ?Kalau terjadi perselisihan atas hasil pilpres, rupiah bisa kembali ke Rp 12.000 per dolar,? tuturnya.
Pasar sebetulnya sudah menyesuaikan (price in) kurs rupiah terhadap perkembangan pilpres, termasuk jika Prabowo menggugat hasil pilpres ke MK. Setelah pilpres berakhir, pergerakan rupiah akan kembali terpengaruh isu fundamental perekonomian. ?Faktor psikologis karena politik biasanya hanya sebentar,? kata Eric Sugandi, ekonom Standard Chartered Indonesia.
Menurutnya, faktor politik yang masih akan mempengaruhi nilai rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke depan adalah hasil putusan MK pada 24 Agustus, jika kubu Prabowo menyatakan menggugat hasil pilpres. Kemudian, faktor politik yang juga akan mempengaruhi pasar adalah komposisi kabinet baru dan peta koalisi pendukung pemerintah.
?Kalau pun Jokowi naik, dia harus berhadapan dengan dukungan parlemen yang sedikit yakni 37 persen, dengan asumsi tidak ada partai yang pindah kubu. Pasar sudah antisipasi itu (gugatan Prabowo) tapi juga sudah memperkirakan adanya pembelotan,? imbuhnya.
Menurut Eric, pasar saat ini memperkirakan partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan pindah ke kubu Jokowi. Sedangkan Partai Demokrat, tergantung pada adanya kemungkinan pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dengan Megawati Soekarno Putri.
Sementara itu, Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menilai, pasar saat ini sudah mencoba mengenyampingkan sentimen negatif menjelang keputusan KPU. ?Pasar lebih melihat kepada potensi inflasi sepanjang bulan puasa ini. Tidak banyaknya laporan mengenai lonjakan harga di beberapa kawasan direspons positif karena diasumsikan tidak akan terjadi lonjakan inflasi,? ujarnya.
Di sisi lain, kata Reza, menguatnya yuan terhadap dolar mampu dimanfaatkan rupiah untuk ikut terapresiasi. Sayangnya, imbas tertembaknya pesawat Malaysian Airlines di perbatasan Ukraina dan Rusia, memberikan sentimen negatif bagi pergerakan mata uang emerging market termasuk rupiah.