Pertumbuhan Ekonomi RI Terkontraksi, Apa Itu Resesi Teknikal?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi untuk pertama kalinya setelah lebih 20 tahun. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pada kuartal kedua 2020 angkanya minus 5,32% secara tahunan atau year-on-year.
Sepanjang semester pertama tahun ini, ekonomi Indonesia terkontraksi 1,62% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pandemi corona telah membuat kegiatan ekonomi menurun tajam, termasuk konsumsi, investasi, dan ekspor-impor.
Pengamat Ekonomi Kajian Strategis Universitas Kebangsaan Eric Sugandi berpendapat saat ini RI telah masuk resesi teknikal. "Indonesia sudah mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2020 jika dilihat secara kuartalan," ujar Eric, Rabu (5/8). Resesi, menurut dia, terjadi ketika pertumbuhan ekonomi berada di posisi minus secara dua kuartal berturut-turut.
Pada triwulan I-2020 pertumbuhan ekonomi secara quarter-to-quarter (qtq) minus 2,41%. Di kuartal berikutnya, pertumbuhannya minus 4,19%. Grafik Databoks di bawah ini menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi RI yang minus secara kuartalan telah terjadi empat kali sejak awal 2019.
Namun, Kepala Ekonom BCA David Sumual berpendapat berbeda. Indonesia belum resesi secara teknis. Menurut dia, definisi resesi itu adalah ketika negara mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut yang dilihat secara tahunan.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede pun senada dengan hal tersebut. "Mengingat data produk domestik bruto (PDB) Indonesia belum menghilangkan faktor musiman, maka resesi teknikalnya didefinisikan sebagai pertumbuhan negatif pada dua kuartal berturut-turut secara tahunan. Jadi, Indonesia belum masuk technical recession," katanya.
Pelemahan ekonomi bukan hanya terjadi di negara ini. Prosesnya telah terjadi sejak awal wabah Covid-19 muncul di Tiongkok, lalu menyebar ke seluruh dunia. “Semua negara berpotensi resesi,” kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah dalam pernyataan tertulisnya.
Perbedaanya hanya pada kedalaman dan kecepatan keluar dari kondisi ekonomi tersebut. Indonesia pun diperkirakan akan mengalami resesi. Pertumbuhan ekonominya akan negatif di dua kuartal terakhir tahun ini. “Apabila perkiraan ini benar-benar terjadi, maka RI pada Oktober nanti akan secara resmi dinyatakan resesi,” ujarnya.
Ekonom senior Faisal Basri dalam situs pribadinya menuliskan sampai sejauh ini pandemi Covid-19 belum kunjung mencapai puncak kurva. Karena itu, besar kemungkinan kontraksi ekonomi bakal berlanjut pada triwulan mendatang walaupun tak sedalam triwulan kedua. "Jika demikian, berarti dua triwulan berturut-turut mengalami kontraksi, sehingga Indonesia bakal memasuk resesi," tulisnya.
Apa Itu Resesi?
Melansir dari Investopedia, resesi adalah penurunan signifikan kegiatan ekonomi suatu negara, biasanya selama dua kuartal berturut-turut. Namun, lembaga riset nonprofit asal Amerika Serikat, The National Bureau of Economic Research (NBER), mengatakan definisi itu tidak lagi tepat.
NBER, lembaga yang memberikan tanggal mulai dan berakhirnya resesi di AS, melihat kondisi itu terjadi ketika kegiatan ekonomi menurun signifikan selama lebih dari beberapa bulan. Penurunan kegiatan ekonomi tersebut dapat dilihat dari merosotnya produk domestik bruto (PDB) riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan ritel.
AS saat ini telah menyatakan diri masuk ke dalam resesi. Perekonomian pada kuartal kedua 2020 terkontraksi hingga 32,9% secara tahunan. Sebelumnya, pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonominya juga minus 5%.
Resesi yang diakibatkan oleh penyebaran pandemi corona, menurut NBER, dapat memunculkan kurva W dalam perekonomian suatu negara. Kontraksi dan pemulihan ekonomi dapat terjadi berulang dan sangat cepat. Kondisi ini sangat bergantung dengan peran pemerintah menekan penyebaran virus corona dan dampaknya ke sektor perekonomian.
Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang 2021
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pandemi corona membawa dampak luar biasa buruk terhadap kesehatan hingga perekonomian, terutama konsumsi masyarakat. Dalam catatannya, komponen ekspor dan impor mengalami penurunan yang cukup dalam pada kuartal kedua tahun ini.
Kedua komponen itu mencatat pertumbuhan terendah dari seluruh komponen PDB berdasarkan pengeluaran. Ekspor barang dan jasa terkontraski 11,66% secara tahunan. Sementara, impor barang dan jasa menurun hingga minus 16,96%.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti memperkirakan grafik pemulihan ekonomi Indonesia akan berbentuk U. Padahal, sebelumnya pemerintah dan bank sentral optimistis grafiknya adalah V-Shaped. "Kita mengalami masa yang sulit karena recovery kita cenderung lebih lambat," katanya pada 20 Juli lalu.
Target pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini telah terpangkas menjadi minus 0,4% hingga 1%. Namun, mengutip dari Nikkei, para ekonom percaya prediksi itu terlalu optimistis. “Kami memperkirakan jalur pemulihannya lambat dengan pertumbuhan tahunan masih menyusut di paruh kedua tahun ini, sebelum kembali positif di 2021,” ucap Sung Eun Jung, ekonom di Oxford Economics.
Ekonom senior Asia di Capital Economics, Gareth Leather, memperkirakan angkanya terkontraksi hingga 3%. “Indonesia masih melaporkan sekitar dua ribu kasus baru virus corona per hari, dengan sedikit tanda bahwa virus sedang dikendalikan," kata Leather. "Takut tertular virus berarti orang akan enggan untuk sepenuhnya melanjutkan kehidupan normal mereka."
Bank Dunia pun telah mengeluarkan laporan pada bulan lalu kalau risiko Covid-19 di Indonesia masih tinggi. “Sejak awal Juni, Jakarta dan beberapa daerah lain di Indonesia telah mulai beralih ke normal baru dengan secara bertahap mengurangi pembatasan mobilitas. Ini dapat mengarah pada kebangkitan infeksi," kata lembaga multilateral itu.
Kondisi tersebut berpotensi membuat pemerintah melakukan kembali pembatasan sosial berskala besar atau PSBB secara penuh. Langkah tersebut dapat semakin membebani aktivitas ekonomi domestik.
Penyumbang bahan: Muhamad Arfan Septiawan (magang)