Pemerintah Siap Guyur Ragam Stimulus, Rupiah Malah Loyo ke 14.585/US$
Nilai tukar rupiah pada pasar spot sore ini, Kamis (6/8) melemah 0,24% ke level Rp 14.585 per dolar AS. Rupiah melemah meski pemerintah mengumumkan bakal memberikan beragam stimulus untuk medorong perekonomian pada kuartal ketiga tahun ini.
Sementara kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate menempatkan rupiah menguat 36 poin dibandingkan kemarin ke level Rp 14.587 per dolar AS. Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia. Mengutip Bloomberg, yen Jepang turun 0,06%, dolar Singapura 0,07%, dolar Taiwan 0,03%, yuan Tiongkok 0,13%, dan baht Thailand 0,24%.
Di sisi lain, won Korea Selatan menguat 0,44%, peso Filipina 0,01%, dan rupee India 0,02%. Dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia stagnan.
Pemerintah berencana menelurkan program pinjaman tanpa bunga untuk rumah tangga serta bantuan tunai kepada pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta per bulan untuk mendorong daya beli masyarakat.
Kemudian, adapula tambahan bansos kepada 10 juta penerima program keluarga harapan berupa pemberian beras 15 kilogram yang sedang disiapkan. Anggaran yang dialokasikan mencapai Rp 4,6 triliun. Pemerintah juga akan menambah bantuan sosial tunai Rp 500 ribu per penerima kartu sembako dengan alokasi Rp 5 triliun
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk Rully Arya Wisnubroto mengatakan rupiah terpengaruh oleh rilis data perekonomian yang memburuk kemarin serta prospek ekonomi di kuartal ketiga. "Tetapi memang secara umum sudah diantisipasi bahwa akan menurun signifikan," ujar Rully kepada Katadata.co.id, Kamis (6/8).
Adapun pasar, menurut dia, akan melihat seberapa efektif kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Ia pun memperkirakan rupiah akan bergerak di antara Rp 14.525-14.615 per dolar AS besok. "Kami berharap kuartal ketiga akan lebih baik angkanya," kata dia.
Senada Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menyebut data perekonomian domestik kuartal II masih memengaruhi penilaian para pedagang terhadap rupiah. Namun, terdapat sentimen eksternal yakni kekhawatiran yang kembali meningkat terhadap ketegangan hubungan dagang antara AS dan Tiongkok.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mencatat perekonomian Indonesia pada kuartal II 2020 terkontraksi sebesar 5,32% secara tahunan atau year on year. Realisasi ini lebih buruk dibandingkan prediksi pemerintah yang minus 4,3% maupun realisasi kuartal I 2020 yang masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,97%.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan pandemi corona membawa dampak luar biasa buruk terhadap kesehatan hingga perekonomian, terutama konsumsi masyarakat. Pihaknya mencatat produk domestik bruto atas dasar harga konstan pada kuartal II 2020 sebesar Rp 2.5889,6 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan sebesar Rp 3.6887,6 triliun.
"Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 mengalami kontraksi 5,32% secara tahunan atau yoy. Dibandingkan kuartal I, pertumbuhan ekonomi minus 4,92%," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/8).
Adapun kumulatif atau sepanjang semester pertama tahun ini, ekonomi tercatat terkontraksi atau minus 1,62% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pergerakan inflasi rendah dan bahkan mengarah kepada deflasi, sedangkan investasi turun cukup dalam. Meski demikian, realisasi APBN lebih baik dibandingkan kuartal II 2019.