ASEAN Sepakat Percepat Pemulihan Ekonomi dengan Digitalisasi
Indonesia bersama negara-negara ASEAN berkomitmen untuk meningkatkan upaya pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19. Negara-negara ASEAN juga bersepakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang melalui dukungan digitalisasi dan pendekatan yang lebih berkelanjutan.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan komitmen tersebut disepakati dalam Pertemuan Tahunan ke-7 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN1 yang diselenggarakan secara virtual pada Selasa (30/3). "Pada pertemuan ini juga diperoleh pandangan dari beberapa lembaga internasional," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jakarta, Rabu (31/3).
Negara-negara ASEAN berkomitmen untuk melanjutkan berbagai langkah kebijakan yang telah dilaksanakan secara cepat dan berskala besar yang telah mereka kerjakan. Hal tersebut termasuk kebijakan fiskal dan moneter untuk memulihkan ekonomi dan menjaga stabilitas keuangan dari dampak pandemi.
Mereka juga berkomitmen untuk menyelesaikan rencana kerja transisi dari ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) menuju ASEAN Trade in Services Agreement (ATISA). Negara-negara ASEAN memastikan komitmen pembukaan akses pasar di sektor jasa keuangan yang lebih substantif dan bermakna dalam Protokol ke-9 AFAS. Protokol ke-9 AFAS merupakan protokol terakhir sebelum transisi ke ATISA dan direncanakan untuk ditandatangani dalam tahun ini.
Komitmen lainnya yakni mempersiapkan langkah-langkah strategis menuju integrasi perbankan di kawasan ASEAN di era digital melalui penyempurnaan pedoman ASEAN Banking Integration Framework (ABIF). Negara-negara ASEAN juga sepakat melanjutkan komitmen untuk memperlancar arus lalu lintas modal di kawasan ASEAN melalui penghapusan restriksi secara bertahap, monitoring dan diskusi kebijakan secara reguler, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Selanjutnya, mendorong keterkaitan sistem pembayaran di kawasan ASEAN untuk memfasilitasi perdagangan, bisnis, dan inklusi keuangan. Lalu mengembangkan ASEAN Taxonomy for Sustainable Finance yang akan menjadi panduan dan bahasa umum bagi semua negara anggota dalam mengembangkan sistem keuangan dan pembiayaan yang berbasis lingkungan.
Lalu, mendukung inisiatif ASEAN Sustainable Banking Principles yang akan berfungsi sebagai panduan bagi bank sentral di ASEAN dalam mengembangkan praktek-praktek perbankan berbasis lingkungan yang sesuai dengan kondisi di masing-masing negara. Berikutnya, disepakati pula upaya melanjutkan upaya pengembangan inklusi keuangan di ASEAN, antara lain melalui kegiatan monitoring dan evaluasi serta pengembangan panduan tentang kebijakan literasi keuangan digital.
Terakhir, mengapresiasi dan mendukung operasionalisasi dari ASEAN Cybersecurity Resilience and Information Sharing Platform (CRISP). CRISP bisa menjadi sarana tukar-menukar informasi di antara bank sentral ASEAN dalam menangani ancaman cybersecurity dan mengembangkan langkah-langkah mitigasi bersama.
Direktur Program Institute for Development on Economics Esther Sri Astuti berharap Indonesia bisa semakin aktif di kawasan ASEAN terutama dalam kerja sama yang bisa menguntungkan RI. "Hal ini bisa memulihkan ekonomi lebih cepat," kata Esther kepada Katadata.co.id, Rabu (31/3).
Selain melalui digitalisasi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan, ia menyarankan Indonesia bisa bekerja sama dalam meningkatkan ekspor produk dalam negeri ke kawasan ASEAN. Namun, sebelum melakukan komitmen tersebut daya saing produk domestik harus ditingkatkan.
Jika daya saing produk Indonesia bisa lebih tinggi dari negara-negara ASEAN, Indonesia bisa mengambil keuntungan. "Tapi kalau produk Indonesia tidak bisa bersaing di pasar ASEAN maka jangan harap perekonomian bisa pulih lebih cepat," ujar dia.