BI Sebut Tak Banyak Intervensi Rupiah Meski Diterpa Isu Tapering Off

Abdul Azis Said
21 September 2021, 19:06
tapering off, rupiah, bank indonesia
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah rencana tapering off the fed.

Bank Indonesia (BI) memastikan kondisi ekonomi domestik cukup kuat merespon dampak rencana pengetatan stimulus atau tapering off oleh bank sentral AS (The Fed). Optimisme terhadap kesiapan ini tetap tinggi sekalipun bank sentral mengungkap intervensi kebijakan moneter sejauh ini justru masih minim.

"Sejak awal tahun kecuali pada Februari dan sekarang, BI tidak banyak melakukan intervensi. Kurs rupiah bekerja dengan mekanisme pasar dan tampaknya bisa mengakomodasi penyesuaian-penyesuaian yang ada," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi September, Selasa (21/9).

Kondisi tersebut menurutnya tercermin dari nilai tukar rupiah yang masih terpantau stabil. Kurs rupiah bukan hanya merefleksikan persepsi pasar terhadap kondisi saat ini, tetapi juga di masa mendatang. Karena itu Perry masih optimistis rupiah tidak akan terdepresiasi dalam sekalipun ada rencana tapering off.

Selain itu, kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN) juga masih rendah jika dibandingkan kenaikan yang sempat terjadi di awal tahun pada kisaran 6,7%-6,8%.

Kendati demikian, Perry juga mengatakan pihaknya tetap melakukan sejumlah langkah untuk menjaga stabilitas. BI terus memonitoring secara rutin dan melakukan evaluasi kebijakan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar seminggu dan sebulan sekali. Di sisi lain, BI juga melakukan stress test untuk menguji ketahanan ekonomi domestik di tengah berbagai perubahan kebijkan global.

Dari hasil stress test yang dilakukan BI, Perry memastikan kondisi saat ini masih jauh lebih baik dan lebih siap merespon tapering off ketimbang taper tantrum pada tahun 2013. Ia menyebut, ada tiga faktor yang mempengaruhi. 

Pertama, Perry menilai komunikasi yang dibangun oleh The Fed cukup jelas dan mudah ditangkap oleh publik. Hal ini membantu investor untuk bisa memahami dasar dari keputusan yang akan diambil bank sentral AS. Pasar sudah memahami bahwa The Fed akan mempertimbangkan kondisi inflasi dan perbaikan di sektor tenaga kerja sebelum menarik gas tapering.

Selain itu, The Fed juga telah mengklarifikasi kepada publik bahwa rencana tapering off dalam waktu dekat hanya untuk mengurangi pembelian aset. "Tapering itu pengurangan likuiditas bukan kenaikan Fed funds rate (suku bunga)," kata Perry.

BI memperkirakan The Fed akan memulai pengurangan pembelian aset pada bulan depan. Kendati demikian, kenaikan suku bunga diprediksi masih akan lama, kemungkinan baru dimulai pada kuartal III 2022.

Kedua,  kondisi koordinasi BI dan pemerintah yang saat ini terjaga dengan baik. Meski intervensi yang dilakukan sepanjang tahun ini masih minim, Perry memastikan pihaknya sudah menyiapkan strategi Triple Intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar, yakni intervensi melalui pasar spot, DNDF dan pasar obligasi.

Ketiga, ketahanan ekonomi domestik yang terus membaik. Hal ini terindikasi dari defisit transaksi berjalan (CAD) tahun 2021 yang diperkirakan hanya sebesar 0,6%-1,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ini jauh lebih baik dibandingkan CAD pada tahun 2018 yang mencapai 3% terhadap PDB.

Di samping itu, posisi cadangan devisa RI yang cukup tinggi dan menyentuh US$ 144,8 miliar. Angka posisi cadangan devisa ini jauh lebih tinggi dari posisi saat periode taper tantrum yang berada di bawah US$ 100 miliar.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...