Rupiah Perkasa ke 14.328 per US$ Imbas Batalnya PPKM Level 3 Nataru
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,23% ke level Rp 14.346 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah menguat imbas keputusan pemerintah membatalkan PPKM Level 3 saat libur akhir tahun nanti.
Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan penguatan ke arah Rp 14.328 pada pukul 10.15 WIB, kian perkasa dari posisi penutupan kemarin Rp 14.378 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya juga bergerak menguat. Yen Jepang menguat 0,1%, dolar Singapura 0,12%, dolar Taiwan 0,04%, won Korea Selatan 0,3%, peso Filipina 0,08%, yuan Cina 0,1%, ringgit Malaysia 0,37% dan bath Thailand 0,48%. Sedangkan rupee India melemah 0,02%, dan dolar Hong Kong stagnan.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah dapar menguat ke arah Rp 14.300 per dolar AS hari ini, dengan potensi pelemahan di kisaran Rp 14.400 per dolar AS. Penguatan nilai tukar terimbas keputusan pemerintah membatalkan PPKM Level 3 di akhir tahun.
"Pembatalan PPKM level 3 pada musim libur Nataru mungkin memberikan sentimen positif ke rupiah," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (8/12).
Pemerintah memutuskan untuk membatalkan penerapan PPKM level 3 selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) secara merata di seluruh Indonesia dan hanya akan memberlakukan sejumlah pengetatan. Penerapan level PPKM selama Nataru akan tetap mengikuti penilaian situasi pandemi Covid-19 sesuai yang berlaku saat ini, dengan beberapa pengetatan.
Syarat perjalanan akan tetap diperketat, terutama di perbatasan untuk penumpang dari luar negeri. Kedatangan dari luar negeri tetap wajib menunjukkan hasil tes PCR negatif maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan, serta melakukan karantina selama 10 hari di Indonesia.
Namun, PPKM Level 3 akan tetap diberlakukan untuk wilayah DKI Jakarta. Ini berlaku mulai 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022. Kebijakan tersebut tertuang dalam Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1430 Tahun 2021 tentang PPKM Level 3 Corona virus Desease 2019.
Selain dampak pengumuman pembatalan PPKM Level 3 secara nasional, Ariston mengatakan, kinerja rupiah hari ini juga akan dipengaruhi sentimen cadangan devisa. Bank Indonesia kemarin mencatat, cadangan devisa hingga akhir November 2021 mencapai US$ 145,9 miliar, naik dibandingkan posisi bulan sebelumnya US$ 145,5 miliar.
Pergerakan rupiah, menurut Ariston, juga akan turut diwarnai sejumlah sentimen positif dari luar negeri. Laporan neraca dagang Cina menunjukkan adanya kenaikan dari sisi ekspor dan juga impor. Ini dinilai akan memberi sentimen penguatan ke aset berisiko, termasuk rupiah.
"Kenaikan ekspor dan impor ini artinya ekonomi Cina masih dalam tren pemulihan," kata Ariston.
Pemerintah Cina melaporkan impor melonjak 31,7% secara tahunan, begitu juga ekspor naik 22%. Dengan perkembangan tersebut, Cina masih berhasil mencatat surplus perdagangan sebesar US$ 71,72 miliar, tetapi lebih kecil dari US$ 84,54 miliar di bulan sebelumnya.
Selain terdorong data ekonomi Cina, Ariston mengatakan penguatan rupiah juga ditopang meredanya kekhawatiran pasar terhadap penyebaran varian baru Covid-19 Omicron.
"Meredanya kekhawatiran pasar terhadap varian Omicron masih menjadi katalis penguatan rupiah hari ini. Minat pasar terhadap aset berisiko terlihat meninggi, terlihat dari indeks saham global terlihat menguat," kata Ariston.
Indeks saham utama AS dan Eropa kompak ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Dow Jones Industrial Average menguat 1,4%, S&P 500 naik sebesar 2,07% dan Nasdaq Composite yang melompat 3,03%. Indeks FTSE 100 Inggris juga menguat 1,49%, diikuti DAX Jerman 2,82%, CAC 40 Perancis 2,91% dan Ibex 35 Spanyol 1,42%.
Indeks saham utama Asia juga bergerak menguat pagi ini, Nikkei 225 Jepang sebesar 0,96%, Shanghai SE Composite 0,12%, Hang Seng Hong Kong 0,16%, Kospi Korea Selatan 0,93%, Nifty 50 India 1,56% dan Taiex Taiwan 0,9%.