OJK Waspadai Masih Tingginya Kredit Berisiko Gagal
Otoritas Jasa Keuangan mewaspadai masih tingginya tingkat kredit yang berisiko gagal atau loan at risk pada perbankan yang masih mencapai 19%. Meski demikian, OJK memastikan kondisi perbankan masih aman dan terjaga menghadapi tahun ketiga pandemi Covid-19.
"Ini yang terus kami pantau, jangan sampai loan at risk ini betul-betul menjadi non performing loan. (NPL). Kami terus berkomunikasi dan minta para bankir meningkatkan pencadangannya, yang kami juga pantau dari waktu ke waktu terus meningkat," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Heru Kristiyan dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (2/2).
OJK mencatat rasio kredit bermasalah atau NPL gross perbankan pada Desember 2021 sebesar 3%, turun dibandingkan bulan sebelumnya 3,19%. Sementara NPL nett tercatat hanya mencapai 0,88%, turun dari bulan sebelumnya 0,98%.
Selain itu, Heru juga mencatat tren restrukturisasi kredit perbankan nasional terus menunjukkan penurunan. Ia mengatakan, nilai outstanding restrukturisasi kredit perbankan sempat mendekati hampir Rp 1.000 triliun pada masa puncak pandemi Covid-19. Namun, nilainya turun menjadi Rp 663,5 triliun per Desember 2021. Angka ini juga turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 829 triliun.
"Ini juga terus menjadi perhatian kami, agar bank melakukan simulasi secara mandiri untuk melihat seberapa besar dampak dari kegagalan restrukturisasi," kata dia.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh industri perbankan nasional, potensi kegagalan kredit yang saat ini direstrukturisasi mencapai 5% dari total kredit restrukturisasi. Dengan demikian, nilainya mencapai sekitar Rp 33 triliun.
Selain itu, OJK memperhatikan pertumbuhan kredit yang masih lambat di tengah besarnya pertumbuhan dana pihak ketiga. Penyaluran kredit perbankan hingga Desember 2021 tumbuh 5,24% dibandingkan tahun sebelumnya mencapai Rp 5.769 triliun. Sementara jumlah dana pihak ketiga tumbuh 12,21% menjadi Rp 7.479 triliun.
"Walaupun kredit sudah tumbuh di akhir tahun, tapi dana pihak ketiga tumbuh lebih tinggi. Kami minta para bankir untuk berkontribusi bagi ekonomi kita," katanya.
Selain itu, OJK juga akan terus mengawasi ketat perkembangan industri perbankan di tengah potensi gejolak pasar keuangan. Rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) yaitu Federal Reserve (The Fed) untuk mulai menaikkan suku bunga acuannya berpotensi menciptakan gejolak di pasar keuangan.
"Kami akan terus melakukan simulasi bagaimana dampak ke industri perbankan, serta lakukan pembenahan di sisi internal agar para pengawas bisa mendeteksi lebih awal kejadian-kejadian di perbankan, " katanya.