Ada 2.391 Startup, Indonesia Tujuan Investasi Digital Terpopuler ASEAN
Pemerintah mengklaim Indonesia kini menjadi salah satu negara tujuan utama investasi digital di kawasan Asia Tenggara. Indonesia memiliki 2.391 startup, dua decacorn, dan delapan unicorn dan menyumbang hampir separuh pangsa ekonomi digital ASEAN.
"Indonesia menjadi tujuan investasi digital terpopuler di Asia tenggara atau mewakili 40% dari digitalisasi di Asia Tenggara yang nilainya Rp 300 triliun dan didukung perbaikan iklim usaha yang semakin kondosusif,"Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membacakan arahan Presiden Joko Widodo dalam acara side event G20 Indonesia Jalur Keuangan di Nusa Dua, Bali, Senin (11/7).
Ia menjelaskan, ekonomi dan keuangan digital berpeluang menjadi salah satu mesin baru untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun lalu mencapai Rp 401 triliun. Hal ini ditopang meningkatnya akspektasi dan preferensi belanja online dan didukung sistem pembayaran digital.
Ia memperkirakan, potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan bakal naik berkali lipat menjadi Rp 4.531 triliun dalam delapan tahun ke depan. Pada tahun lalu, transaksi uang elektronik meningkat 32,25%, nilai transaksi QR Indonesia Standar (QRIS) naik 245%, sedangkan transaksi bank digital meningkat 20,8%.
Ia meyakini, digitalisasi ekonomi dan keuangan akan terus terakselerasi. Salah satu indikatornya dari sisi inklusivitas. Keuangan inklusif diRI terus membaik. Dalam survei BI dan Dewan Nasional Keuangan Inklusif (DNKI) pada tahun lalu, sebanyak 65,4% dari orang dewasa Indonesia sudah memiliki akun layanan keuangan. Jumlah ini naik dari tahun 2020 sebesar 61,7% dan 2019 di 55,7%.
Adapun 83,6% dari orang dewasa di Indonesia mengaku pernah menggunakan produk atau layanan yang disediakan lembaga keuangan formal, termasuk BPJS. Persentasenya juga terus naik dalam tiga tahun terakhir masing-masing 78,6% pada 2019 dan 81,4% pada tahun 2020.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga membeberkan data-data yang menunjukkan akselerasi dari ekonomi dan keuangan digital di Indonesia. Transaksi e-commerce pada tahun ini diperkirakan tumbuh 31% mencapai Rp 536 triliun. Transaksi uang elektronik akan mencapai Rp 360 triliun atau tumbuh 18% dibandingkan tahun lalu.
"Kemajuan lain bahwa ini bisa memperkuat ekonomi kita, elektronifikasi bansos dan transaksi keuangan daerah dan berbagai moda transportasi adalah digital. Ini sinergi dan kolaborasi to get things done," kata Perry.
Dia menyebut, pihaknya juga sudah memberikan dukungan melalui akselerasi digitalisasi sistem pembayaran yang tertuang dalam blue print sistem pembayaran 2025. Salah satu inisiatif ini mendorong akselerasi QRIS yang tahun ini diharap mencapai 30 juta pengguna. Saat ini sudah ada 18,7 juta merchant dna pengguna QRIS, 89% diantaranya merupakan UMKM. Ia berharap hingga berakhirnya blue print di 2025, seluruh UMKM sekitar 65 juta sudah terdigitalisasi.
Selain itu, BI juga sudah meluncurkan sistem pembayaran ritel yang baru BI-Fast. Layanan ini melengkapi layanan kliring BI dengan layanan yang lebih efisien karena layarnya beroperasi 24 jam dan berbiaya lebih murah.
Perry menyebut, BI-Fast juga membantu ketersediaan layanan sistem keuangan saat lebaran lalu. Selama awal Ramadan hingga akhir pekan lebaran atau 3 April sampai 8 Mei 2022, volume transaksi menggunakan BI-Fast mencapai 27,6 juta dengan nilai transaksi Rp 107 triliun.