BI Pantau Ada Lebih 20 Ribu Uang Kripto Saat Ini, Apa Risikonya?

Abdul Azis Said
12 Juli 2022, 17:08
kripto, mata uang kripto, bank indonesia.
Wikimedia
Ilustrasi. Mata uang kripto tak hanya memberikan banyak kemudahan tetapi juga mendatangkan sejumlah risiko.

Bank Indonesia menyebut mata uang kripto berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di era pandemi Covid-19. Deputi Gubernur BI Juda Agung menyebut sudah ada lebih dari 20 ribu mata uang kripto di seluruh dunia saat ini dan masih berpotensi terus bertambah. 

"Jumlah tersebut diprediksi akan terus bertambah dari waktu ke waktu dan dana yang mengalir ke mata uang kripto juga akan terus bertambah dari waktu ke waktu," kata Juda dalam acara Festival Ekonomi dan Keuangan Digital (FEKDI) 2022- G20 Techsprint Midpoint Event, Selasa (12/7).

Ia menyebut, inovasi baru tersebut memang menawarkan beberapa keuntungan, seperti kemudahan pengaturan, keamanan, privasi, kemudahan transfer,  dan pembayaran lintas batas yang hemat biaya. Namun, di sisi lain, ada berbagai risiko, seperti kehilangan dana, nilai yang sangat fluktuatif, dan transaksi ilegal.

BI dalam laporan sebelumnya juga telah memperingatkan volatilitas di perekonomian global dapat mendorong volatilitas kripto makin tinggi. Kerentanan perekonomian global bersumber dari kenaikan inflasi, ketidakpastian arah kebijakan The Fed, serta meningkatnya tensi geopolitik global. Volatilitas yang tinggi ini berimplikasi terhadap risiko meningkatnya eksposur kerugian finansial yang ditanggung investor.

Kekhawatiran atas implikasi risiko aset kripto ini terus meningkat sejalan dengan kapitalisasi pasar yang tinggi, dikombinasikan dengan adopsi yang makin kuat. Selain itu, transisi dari web 2.0 menuju web 3.0 memungkinkan penggunaan kripto yang lebih luas, bukan hanya untuk urusan finansial seperti fitur pinjaman hingga pasar modal, tetapi juga dipakai untuk aktivitas ekonomi riil melalui metaverse.

"Dalam konteks ini, mata uang digital bank sentral (CBDC) dapat memainkan peran penting bagi sistem keuangan masa depan," kata dia. 

CBDC punya peluang menjadi alat tukar yang sah dalam ekosistem terdesentralisasi dan menawarkan fitur yang tentunya tidak disediakan dalam mata uang fiat. Manfaat ini yang mendorong banyak bank sentral di dunia saat ini terus mengkaji konsep mata uang digital mereka masing-masing.  

Ia menyebut, berdasarkan survei Bank for International Settlement (BIS) tahun lalu, sekitar 86% bank sentral yang disurvei tengah melakukan riset terkait implementasi CBDC, 60% diantaranya dalam tahap eksperimen, sedangkan sisanya sebesar 14% telah melakukan proyek uji coba.

Meski kebutuhan untuk berpindah dari mata uang kertas menjadi digital sangat tinggi, Juda mengakui sampai  pilihan desain CBDC tersebut masih belum terselesaikan. Dalam praktiknya, bank sentral perlu memahami apa yang menjadi tujuan implementasi CBDC, praktiknya akan seperti apa hingga teknologinya.

Deputi Gubernur BI Doni Primanto Juwono dalam acara terpisah mengatakan Indonesia saat ini masih dalam proses pengembangan CBDC. BI berencana meluncurkan whit paper dari CBDC milik Bank Indonesia yang disebut Digital Rupiah pada akhir tahun ini.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...