Surplus Neraca Dagang Cetak Rekor, Kemenkeu: Pemulihan Ekonomi Kuat
Surplus neraca perdagangan sepanjang semester pertama tahun ini mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah mencapai US$ 24,89 miliar ditopang kinerja ekspor yang kinclong. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menilai kinerja ekspor yang meningkat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini.
"Dengan demikian, pemulihan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat tetap kuat," kata Febrio dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Ekspor Indonesia pada Juni 2022 mencapai US$ 26,09 miliar dolar AS, meningkat signifikan dibanding Mei 2022 sebesar US$ 21,51 miliar dolar AS. Kenaikan ekspor terjadi seiring lonjakan ekspor sawit usai dicabutnya larangan pemerintah.
Febrio menekankan pentingkan ekspor sawit di tengah eskalasi risiko global akibat perang Rusia dan Ukraina. BPS mencatat kinerja ekspor sawit bulan lalu menyumbang 54% surplus neraca perdagangan.
BPS mencatat ekspor sepanjang semester pertama tahun ini naik 37,11% dibandingkan semester I 2021 menjadi US$ 141,07 miliar.
Febrio juga mencermati kinerja impor yang juga kembali menguat didukung oleh impor bahan baku pada bulan lalu. Menurut dia, ini menandakan aktivitas ekonomi domestik yang terus membaik. Impor Juni 2022 tercatat sebesar US$ 21 miliar, naik dibandingkan bulan sebelumnya US$ 18,6 miliar.
“Pandemi semakin terkendali, sehingga aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat menunjukkan tren yang membaik. Peningkatan impor bahan baku dan barang modal mencerminkan aktivitas sektor industri dalam negeri yang terus pulih,” ujarnya.
“Kinerja neraca perdagangan saat ini menunjukkan bahwa kenaikan ekspor mampu menyerap risiko kenaikan harga komoditas global di sisi impor”, kata Febrio.
Kendati demikian, menurut dia, pemerintah akan mengantisipasi dan menyiapkan mitigasi potensi penurunan kinerja perdagangan internasional akibat berbagai risiko tersebu. Salah satunya, menggunakan APBN.
Pemerintah akan terus menggunakan APBN sebagai instrumen sentral dalam upaya mitigasi berbagai risiko agar dampaknya tidak sampai ke masyarakat, seperti melalui kebijakan subsidi dan perlindungan sosial untuk masyarakat miskin dan rentan. Selain itu, penguatan belanja prioritas, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur juga terus dilakukan untuk penguatan produktivitas dan peningkatan kapasitas produksi perekonomian nasional.