Gambaran Suram Ekonomi Amerika Selatan akibat Lonjakan Harga BBM

Agustiyanti
26 Juli 2022, 16:20
harga bbm, amerika selatan, ekonomi suram, resesi
ANTARA FOTO/REUTERS/Luisa Gonzalez/foc/cf
Ilustrasi. Kenaikan harga BBM membuat kondisi ekonomi negara-negara di kawasan tersebut berada dalam situasi yang sulit.

Negara-negara Amerika Selatan bersiap untuk menghadapi musim gugur yang sulit akibat lonjakan harga bahan bakar global yang kini telah mendorong aksi protes di sejumlah negara. Kenaikan harga BBM membuat kondisi ekonomi negara-negara di kawasan tersebut berada dalam situasi yang sulit.

Kenaikan harga bahan bakar telah menimbulkan protes di Argentina, Ekuador dan Panama. Negara-negara tetangga mereka juga dapat sangat rentan terhadap kenaikan harga karena  tidak memiliki sarana transportasi alternatif, seperti kereta api dan transportasi air yang lebih umum di Eropa dan Amerika Utara serta membutuhkan lebih sedikit bahan bakar.  

"Harga bahan bakar adalah jangkar bagi seluruh perekonomian. Jika bahan bakar meningkat, itu berdampak langsung pada semua jenis harga," kata Sergio Guzman, direktur Analisis Risiko Kolombia, sebuah konsultan bisnis di Bogota.

Masalah ini semakin parah karena beberapa sektor di kawasan tersebut membutuhkan jumlah bahan bakar yang lebih besar dari sebelumnya, untuk mengimbangi dampak perubahan iklim.

Di Ekuador, di mana pisang adalah ekspor pertanian utama, pompa diesel dibutuhkan untuk memindahkan air masuk dan keluar dari perkebunan pisang.  Bahan bakar mendesak untuk menghidupi pompakarena curah hujan yang semakin deras melanda negara itu.

Menurut Raul Villacres dari Pulso Bananero, konsultan perdagangan pisang di Guayaquil, produksi pisang Ekuador turun 7% dibandingkan tahun lalu. Sebagian karena kenaikan biaya solar dan bensin.

Situasi serupa mempengaruhi industri perikanan di Kolombia, di mana penduduk selama ini menikmati sebagian dari harga bahan bakar termurah di dunia. Namun, ketika Kementerian Energi dan Pertambangan menerbitkan harga yang diatur baru pada awal Juli, mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh negeri.

Dua kali seminggu, nelayan Jimmy Murillo meninggalkan pantai dari kota pelabuhan Buenaventura, di pantai Pasifik Kolombia. Dia menghabiskan rata-rata dua atau tiga hari di laut sebelum kembali dengan tangkapannya. Namun, akhir-akhir ini perjalanannya bertambah lama, karena stok ikan berkurang dan para nelayan pergi lebih jauh ke lepas pantai untuk mencari mangsa yang lebih baik.

Ironisnya, salah satu alasan mengapa tangkapan ikan menurun adalah perubahan iklim, dan nelayan seperti Murillo harus menggunakan lebih banyak bahan bakar untuk mengurangi dampaknya. Salah satu alasannya, menurut Murillo, adalah pola curah hujan berubah dan hujan deras melanda Kolombia. Kondisi ini membuat sungai dan aliran sungai tiba di laut membawa lebih banyak pasir dan tanah di perairan mereka sehingga  sebagian besar ikan bermigrasi lebih jauh ke pantai yang airnya lebih jernih dan sejuk.

"Pada bulan Januari, bahan bakar untuk kapal kami berharga 8.000 peso ($ 1,96) per galon, sekarang lebih dari 9.800 peso ($ 2,70). Setiap minggu, harga bahan bakar naik dan pemerintah tidak membantu," kata Murillo kepada CNN.

Nicole Muñoz dari Albacora yang juga nelayan ikan kecil di Bogota dan membawa 400 kilogram ikan dari pantai Kolombia ke ibu kota setiap minggu, juga mengatakan bahwa bensin adalah kunci untuk seluruh bisnisnya.

"Kami menggunakan bahan bakar untuk kapal penangkap ikan, untuk memindahkan produk dari pantai ke bandara, kemudian di pesawat, seluruh logistik kami bergantung padanya," kata Muñoz.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...