Sinyal Kuat Resesi, Ekonomi Amerika Minus 0,9% pada Kuartal II 2022
Ekonomi Amerika Serikat kembali mencatatkan kontraksi pada kuartal kedua tahun ini di tengah pengetatan kebijakan moneter Bank Sentral, The Federal Reserve untuk menahan kenaikan inflasi. Data ini memicu kekhawatiran pasar bahwa ekonomi sudah dalam kondisi resesi.
Mengutip Reuters, Departemen Perdagangan AS mencatat, produk domestik bruto turun 0,9% secara tahunan pada April-Juni 2022. Realisasi ini lebih buruk dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Reuters yakni tumbuh 0,5%.
Ekonomi AS telah terkontraksi dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal pertama, ekonomi terbesar dunia ini mencatatkan minus 1,6% secara tahunan. Penurunan kuartalan kedua berturut-turut dalam PDB memenuhi definisi standar resesi yang dianut banyak negara.
Sebenarnya, hingga kini tak ada konsensus terkait definisi resesi secara global. Pada 1974, Ekonom Amerika Serikat Julius Siskin mendeskripsikan resesi ekonomi sebagai penurunan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. Banyak negara yang kemudian menggunakannya untuk mendefinisikan resesi.
Meski demikian, Biro Riset Ekonomi Nasional, wasit resmi resesi di Amerika Serikat, mendefinisikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian, berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam produksi, lapangan kerja, pendapatan riil, dan indikator lainnya.
Adapun pertumbuhan lapangan kerja rata-rata mencapai 456.700 per bulan di paruh pertama tahun ini dan menghasilkan kenaikan upah yang kuat. Namun, risiko penurunan telah meningkat. Pembangunan rumah dan penjualan rumah telah melemah sementara sentimen bisnis dan konsumen telah melunak dalam beberapa bulan terakhir.
Gedung Putih dengan penuh semangat menampik kondisi resesi di tengah upaya menenangkan pemilih menjelang pemilihan November. Pemilihan paruh waktu tersebut akan memutuskan apakah Partai Demokrat yang dipimpin Presiden Joe Biden mempertahankan kendali atas AS Kongres.
Menteri Keuangan Janet Yellen dijadwalkan mengadakan konferensi pers pada hari Kamis untuk membahas keadaan ekonomi AS. Sementara pasar tenaga kerja tetap ketat, ada tanda-tanda berkurangnya lapangan kerja.
Sebuah laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja pada hari Kamis menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara turun 5.000 menjadi 256.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 23 Juli. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 253.000 aplikasi untuk minggu terakhir.
Klaim pengangguran tetap di bawah kisaran 270.000-350.000. Ini, menurut para ekonom, akan menandakan peningkatan tingkat pengangguran. Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat mendorong The Fed mengurangi langkah agresifnya menaikkan suku bunga yang besar meski selama ini telah memastikan akan mengutamakan pengendalian inflasi.
The Fed pada hari Rabu menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar tiga perempat poin persentase, sehingga total kenaikan suku bunga sejak Maret menjadi 225 basis poin. Gubernur The Fed Jerome Powell mengakui pelemahan aktivitas ekonomi sebagai akibat dari kebijakan moneter yang lebih ketat. Namun, ia menyanggah bahwa kondisi ekonomi AS saat ini telah memasuki resesi dengan alasan data ketenagakerjaan yang masih kuat.