Surplus Neraca Transaksi Berjalan Kuartal II Naik Jadi US$ 3,9 Miliar
Bank Indonesia (BI) melaporkan surplus neraca transaksi berjalan pada kuartal II sebesar US$ 3,9 miliar atau setara Rp 58 triliun. Kinerja ini ditopang oleh surplus neraca barang yang mencapai US$ 16,8 miliar sementara neraca jasa-jasa dan pendapatan primer masih defisit.
Neraca transaksi berjalan pada kuartal II setara 1,1% dari produk domestik bruto (PDB). Surplus ini jauh lebih besar dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya US$ 0,4 miliar atau 0,1% PDB.
"Surplus transaksi berjalan meningkat signifikan pada triwulan II 2022 terutama ditopang oleh kinerja ekspor nonmigas yang semakin baik," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Jumat (19/8).
Kinerja transaksi berjalan tersebut terutama didukung oleh peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring dengan harga komoditas global yang tetap tinggi. Surplus neraca perdagangan non migas meningkat dari US$ 17,2 miliar menjadi US$ 24,4 miliar.
Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas meningkat dipengaruhi oleh kenaikan impor merespons peningkatan permintaan seiring dengan kenaikan mobilitas masyarakat, serta tingginya harga minyak dunia. Defisit neraca perdagangan migas melemah di kuartal pertama US$ 5,7 miliar menjadi US$ 7,2 miliar.
"Defisit neraca pendapatan primer dan neraca jasa juga mengalami peningkatan sejalan dengan akselerasi aktivitas ekonomi domestik dan pembayaran imbal hasil investasi pada periode laporan," kata Erwin.
Defisit neraca jasa melebar menjadi US$ 4,9 miliar dari sebelumnya US$ 4,4 miliar. Neraca pendapatan primer juga naik dari US$ 8 miliar menjadi US$ 9,5 miliar. Sementara neraca pendapatan sekunder mencatat surplus US$ 1,5 miliar.
Dengan surplus neraca transaksi berjalan yang makin besar, neraca pembayaran juga mencatat surplus sebesar US$ 2,4 miliar dari kuartal sebelumnya masih defisit US$ 1,8 miliar.
Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2022 mencapai US$ 136,4 miliar setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional.
Erwin menyebut kinerja transaksi modal dan finansial pada kuartal kedua juga tetap terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi. Hal ini tercermin dari transaksi modal dan finansial pada kuartal II yang defisit US$ 1,1 miliar atau 0,3% dari PDB.
Meski demikian, defisit tersebut lebih rendah dibandingkan defisit pada kuartal sebelumnya yang mencapai US$ 2,1 miliar atau 0,7% dari PDB.
"Kinerja transaksi modal dan finansial ditopang oleh aliran masuk neto investasi langsung sebesar US$ 3,1 miliar, melanjutkan capaian surplus pada kuartal sebelumnya yang mencerminkan optimisme investor terhadap prospek pemulihan ekonomi dan iklim investasi domestik yang terjaga," kata Erwin.
Kinerja investasi portofolio juga menunjukkan perbaikan terbatas dengan mencatat defisit yang lebih rendah sebesar US$ 0,4 miliar dolar AS. Di sisi lain, transaksi investasi lainnya mencatat kenaikan defisit terutama disebabkan oleh peningkatan kebutuhan pembayaran kewajiban yang jatuh tempo sesuai pola kuartalan.