Rupiah Ditutup Melemah 0,8%, Pasar Makin Khawatir Resesi Global
Nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,8% sore ini ke level Rp 15.165 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Pelemahan rupiah di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi global, pengaruh data pertumbuhan ekonomi Cina 2022 yang rendah dan penantian pasar terhadap pertemuan Bank Indonesia pada pekan ini.
Mengutip data Bloomberg, rupiah tidak banyak bergerak setelah dibuka melemah ke Rp 15.128 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Pelemahan rupiah hari ini menandai pembalikan setelah rupiah terus ditutup menguat selama perdagangan sepekan terakhir.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan sebagian besar mata uang Asia memang terkoreksi pada hari ini kecuali yen Jepang dan baht Thailand yang ditutup menguat tipis. Selain rupiah, koreksi dalam juga terjadi pada peso Filipina 0,45% dan yuan Cina 0,44%.
"Sebagian besar mata uang Asia jatuh pada hari Selasa di tengah kekhawatiran baru akan resesi global tahun ini," kata Ibrahim dalam catatan, Selasa (17/1).
Sebuah survei yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF) menunjukkan sepertiga dari kepala ekonom sektor swasta memperkirakan resesi global mungkin terjadi pada tahun ini. Hampir seperlimanya memperkirakan resesi sangat mungkin terjadi.
Mata uang yuan Cina juga amblas pada hari ini setelah data pertumbuhan ekonomi 2022 yang dirilis belum lama ini menunjukkan pertumbuhan hanya 3%, jauh di bawah target pemerintah 5,5%. Namun, kebijakan pemerintah melonggarkan pembatasan sosial selama merebaknya Covid-19 memberi harapan baru bagi ekonomi terbesar kedua dunia tersebut pada tahun ini.
Investor global juga masih terus memantau pergerakan kebijakan bank sentral Jepang (BoJ). Muncul spekulasi di pasar bahwa BoJ akan mengakhiri kebijakan kontrol kurva imbal hasil alias yield. BoJ bulan lalu mengejutkan pasar dengan memperlebar kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC) menjadi 50 bps.
Dari dalam negeri, Ibrahim melihat sentimennya cukup positif. Pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang akan dirilis awal bulan depan kemungkinan menunjukan kenaikan di atas 5%.
Pasar juga menantikan pertemuan Bank Indonesia yang akan digelar 18-19 Januari 2023. Pasar memperkirakan suku bunga akan kembali naik 25 bps pada pertemuan tersebut menjadi 5,75%.
"Dengan demikian, selisih suku bunga akan kembali melebar. Tetapi pasar juga menanti proyeksi suku bunga ke depannya, apakah BI akan menaikkan suku bunga hingga 6% atau 6,25%," kata Ibrahim.
Dia menilai selisih suku bunga yang dipertahankan 125 basis poin, atau mungkin lebih lebar lagi, aurs masuk modal asing bisa semakin deras. BI mencatat terdapat modal asing masuk Rp 16,31 triliun di pasar SBN dan arus keluar Rp 5,32 triliun di pasar saham sejak awal tahun hingga 12 Januari 2023.