IMF Pangkas Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 menjadi 4,8%
Dana Moneter Internasional atau IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini 0,2 poin persentase dari perkiraan sebelumnya menjadi 4,8%. Revisi ke bawah tersebut saat prospek ekonomi dunia justru dinaikkan, dengan Cina dan Amerika Serikat diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Pertumbuhan tahun ini diperkirakan melambat dari tahun lalu 5,3%. Namun akan rebound ke atas 5% pada tahun depan.
Indonesia dan Korea Selatan merupakan sedikit negara di Asia yang prospek pertumbuhannya tahun ini dipangkas dari perkiraan sebelumnya. India, Filipina, Malaysia dan Thailand tidak berubah.
Proyeksi pertumbuhan Indonesia dipangkas saat IMF menaikkan proyeksi dunia 0,2 poin menjadi 2,9%. Namun pertumbuhan global memang melambat dari tahun lalu dan masih rendah di bawah level sebelum pandemi sebagai imbas perang di Ukriana dan upaya bank sentral memerangi inflasi.
"Terlepas dari hambatan ini, prospeknya tidak sesuram perkiraan kami padaOktober, dan dapat menjadi titik balik, dengan pertumbuhan mencapai titik terendah dan inflasi menurun," kata Kepala Ekonom dan Direktur Riset & Pengembangan IMF Pierre-Olivier Gourinchas dikutip dari blog IMF, Selasa (31/1).
Prospek ekonomi Cina terkerek berpotensi tumbuh 5,2% tahun ini. Proyeksi pertumbuhan negeri tirai bambu itu direvisi ke atas 0,8 poin seiring pelonggaran aktivitas masyarakat setelah pencabutan kebijakan zero Covid-19.
Kondisi pasar keuangan global membaik seiring tekanan inflasi yang mulai mendingin, serta dolar AS yang mulai melemah. Hal ini memberikan harapan terhadap prospek negara emerging market dan berkembang.
Ekonomi AS diperkirakan tumbuh 1,4% pada tahun ini. Prospeknya memang melambat tetapi laporan terbaru hari ini lebih tinggi 0,4 poin dari perkiraan Oktober 2022.
Prospek pertumbuhan lebih tinggi seiring potensi carryover permintaan domestik tahun lalu yang digeser ke tahun ini. Namun dampak suku bunga tinggi akan mulai terefleksi pada pereekonomian tahun depan.
Meski demikian ada beberapa risiko pada prospek ekonomi dunia tahun ini, antara lain:
- Gelombang baru kasus Covid-19 di Cina serta gangguan di pasar properti bisa menganggu pemulihan ekonomi
- Inflasi juga bisa tetap tinggi di tengah berlanjutnya pengetatan pasar tenaga kerja dan tekanan upah yang meningkat
- Perang Rusia dan Ukraina masih mengancam pasar energi dan pangan, dan risiko memecah perekonomian global
- Pengetatan pasar keuangan di negara emerging market dan berkembang
Namun ada beberapa faktor positif yang bisa mendorong pertumbuhan lebih tinggi:
- Neraca keuangan rumah tangga masih kuat seiring pasar tenaga kerja yang ketat dan kenaikan upah, sehingga bisa menjaga konsumsi swasta
- Rantai pasok dan pasar tenaga kerja yang membaik mendorong potensi soft lending dan bank sentral tak perlu terlalu agresif mengerek suku bunga.