Pertumbuhan Ekonomi RI Sepanjang 2022 5,31%, Tertinggi di Era Jokowi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun lalu mencapai 5,31%, lebih tinggi dibandingkan 2021 sebesar 3,69%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kinerja ekonomi Indonesia sepanjang tahun lalu sesuai dengan target pemerintah dan tertinggi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo meski ekonomi pada tiga bulan terakhir tahun lalu melambat.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat melambat dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu. Ini sesuai dengan pola pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
"Pertumbuhan ekonomi secara tahunan pada kuartal keempat sebesar 5,01%, trennya masih 5% meski melambat. Ini memperlihatkan perekonomian Indonesia tumbuh solid sepanjang 2022. Secara kumulatif, perekonomian Indonesia tumbuh 5,31%," ujar Margo dalam Konferensi Pers, Senin (6/2).
Margo menjelaskan, kinerja perekonomian Indonesia tak lepas dari pertumbuhan ekonomi global pada tahun lalu yang diperkirakan melambat dan berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi pada 2000 hingga 2019. Perlambatan ekonomi global diperkirakan akan berlanjut pada tahun ini dan tahun depan.
"Seperti diketahui, rantai pasok global belum pulih dan menyebabkan masih tingginya inflasi global. Inflasi global diperkirakan mencapai 8,8% tahun lalu, tetapi diperkirakan menurun pada 2023 dan 2024," ujarnya.
Ia juga mencatat, perekonomian beberapa negara mitra dagang utama Indonesia, seperti Amerika Serikat dan Cina masih tumbuh positif meski belum kembali ke level sebelum pandemi. Inflasi tinggi juga masih membayangi Amerika Serikat dan sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia.
Kinerja perekonomian pada tahun lalu juga dipengaruhi oleh sejumlah peristiwa domestik pada tahun lalu. Neraca dagang khususnya barang mencatatkan surplus baik di kuartal keempat secara kumulatif pada sepanjang tahun lalu.
Surplus neraca perdagangan sepanjang tahun lalu mencapai US$ 54,5 miliar, rekor tertinggi sepanjang sejarah. Kinerja neraca perdagangan ditopang oleh kinerja ekspor dan impor yang juga mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Perekonomian pada tahun lalu, menurut BPS, juga ditopang oleh konsolidasi kebijakan yang kuat antara fiskal dan moneter. Hal ini menjaga daya beli masyarakat dan meningkatkan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
Beberapa hal yang menunjukan demikian seperti penyaluran perlinsos, termasuk tambahan BLT BBM, Bantuan Subsidi Upah dan sebagainya, Ini menunjukkan pemerintah hadir menjaga daya beli," kata dia.
Mobilitas masyarakat juga membaik mendorong kinerja di industri pengolahan dan pariwisata juga semakin pulih. Jumlah kunjungan wisman meningkat, demikian pula dengan indeks PMI Manufaktur yang tercatat masih ekspansif.