Daftar Harga Barang Berpotensi Memicu Lonjakan Inflasi Jelang Ramadan
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut terdapat sejumlah komoditas yang harganya perlu dikelola menjelang periode Ramadan karena berpotensi memicu kenaikan harga-harga barang dan jasa secara keseluruhan. Hal ini seiring periode musiman inflasi cenderung meningkat saat bulan puasa.
"Berdasarkan tren beberapa tahun terakhir, terlihat bahwa inflasi bulan Ramadan perlu dikelola dan mengendalikan harga-harga komoditas yang kemungkinan akan dominan mendorong inflasi," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Rabu (1/3).
Pudji menjelaskan, komoditas yang berpotensi memicu kenaikan harga-harga saat Ramadan berdasarkan data historis tahun-tahun sebelumnya antara lain, bahan bakar rumah tangga, minyak goreng, dan daging ayam ras.
Melihat data historis saat Ramadan empat tahun sebelumnya, menurut dia, beberapa komoditas pangan memang menjadi penyumbang utama kenaikan inflasi saat Ramadan. Pada Ramadan 2019, inflasi mencapai 0,68% secara bulanan. Lima dari enam komoditas penyumabng utama inflasi merupakan harga pangan bergejolak, seperti cabai merah, daging ayam ras, bawang putih, ikan segar dan telur ayam ras. Selain itu, inflasi juga dipicu oleh kenaikan harga tiket angkutan antar kota.
Pada 2020, inflasi saat Ramadan menurun menjadi hanya 0,08%. Meski demikian, menurut dia, perlu juga mempertimbangkan bahwa saat itu merupakan bulan-bulan awal penyebaran Covid-19 sehingga mobilitas masyarakat turun tajam. Saat itu inflasi masih dipengaruhi beberapa komoditas pangan, seperti bawang merah dan pepaya.
Pada 2021, inflasi ramadan kembali naik menjadi 0,13% seiring mobilitas yang semakin pulih sering pandemi Covid-19 semakin terkendali. Inflasi dipicu kenaikan harga beberapa komoditas pangan, seperti daging ayam ras, minyak goreng, jeruk dan anggur.
Pada Ramadan tahun lalu, inflasi melonjak hingga 0,95% secara bulanan. Penyumbang utamanya yakni minyak goreng, daging ayam ras dan telur ayam ras. Mobilitas yang semakin longgar juga menyebabkan inflasi tarif angkutan udara saat itu meningkat dengan andil 0,08%, berbeda dengan dua tahun pertama pandmei dimana andil harga tiket pesawat tidak signifikan ke inflasi.
Dalam laporan hari ini, BPS juga mencatat inflasi sebesar 0,16% secara bulanan pada Februari 2023, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,34%. Namun inflasi tahunan meningkat menjadi 5,47% dari bulan sebelumnya 5,28%. Inflasi tahun kalender tercatat 0,5%.
"Komoditas penyumbang inflasi secara bulanan terbesar antara lain beras, rokok kretek filter, bawang merah, cabai merah dan rokok putih," kata Pudji.
Inflasi tahunan yang menguat terutama karena kenaikan harga bensin, beras dan bahan bakar rumah tangga.
Tanpa menghitung kenaikan harga pangan dan energi, inflasi inti sebesar 0,13% secara bulanan, melambat dari bulan sebelumnya 0,33%. Secara tahunan juga turun dari 3,27% menjadi 3,09%. Komoditas penyumbang utama inflasi inti secara bulanan yakni sewa rumah dan upah asisten rumah tangga.
"Inflasi inti lebih rendah dari sebelumnya tentu sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan," kata Pudji.