Ekspor dan Impor Lesu, Neraca Perdagangan Februari Surplus US$ 5,48 M

Agustiyanti
15 Maret 2023, 12:45
ekspor, impor, neraca perdagangan, neraca dagang
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa.
Ilustrasi. Kinerja ekspor dan impor pada Februari 2023 turun dibandinkan bulan sebelumnya.

Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan pada Februari 2023 mencapai US$ 5,48 miliar, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 3,78 miliar. Surplus perdagangan besar ini terjadi di tengah kinerja ekspor dan impor yang lesu. 

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah menjelaskan, neraca perdagangan telah membukukan surplus selama 34 bulan berturut-turut sejak pandemi pada 2020 dan masih menunjukkan tren kenaikan. Surplus pada neraca perdagangan terutama disumbangkan oleh komoditas nonmigas yang mencetak surplus US$ 6,7 miliar, sedangkan komiditas migas mencatatkan defisit mencapai US$ 1,22 miliar. 

"Surplus perdagangan nonmigas terbesar dicatatkan Indonesia terhadap AS, India, dan Cina," ujar Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (15/3).

Ia menjelaskan, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan mencapai US$ 1,33 miliar dengan AS, US$ 1,08 miliar dengan India, dan US$ 999,8 miliar dengan Cina. "Surplus terbesar dengan AS didorong oleh perlengkapan elektik serta bagiannya, pakaian dan aksesoris bukan rajutan, dan pakaian rajutan," ujarnya. 

Sementara surlus dengan India didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak, dan minyak hewan nabati, sednagkan dengan Cina didorong oleh besi dan baja, bahan bakar mineral, dan lemak minyak hewan nabati. 

Di sisi lain, defisit perdagangan terdalam terjadi dengan Australia, Thailand dan Brasil. "Dengan Australia terjadi defisit US$ 400 juta, terutama pada komoditas serelia, logam mulia, perhiasan permata, dan bahan bakar mineral," katanya. 

BPS juga mencatat, surplus neraca perdagangan yang lebih besar bulan lalu terjadi di tengah kinerja ekspor dan impor yang lesu. Ekspor pada Februari 2023 turun 4,15% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 21,4 miliar, sedangkan impor turun 13,68% menjadi US$ 15,92 miliar. 

Penurunan ekspor secara bulanan terutama disebabkan oleh anjloknya ekspor migas sebesar 20,26% menjadi US$ 1,19 miliar. Sementara ekspor nonmigas turun 2% menjadi US$ 20,21 miliar.  "Ekspor migas turun terutama disebabkan oleh nekspor hasil minyak yang secara turun 43,87%  dan ekspor gas yang secara nilai turun 14,78%, ujar Habibullah.

Ia menjelaskan, kinerja ekspor secara tahunan sebenarnya masih tumbuh mencapai 4,51%, tetapi pertumbuhannya melambat dibandingkan bulan yang sama pada 2020 dan 2021. 

Menurut Habibullah, ada sejumlah faktor yang memengaruhi penurunan ekspor pada bulan lalu. Salah satunya tren penurunan harga komoditas unggulan Indonesia, seperti timah, batu bara, minyak mentah, dan gas alam. Harga keempat komoditas tersebut turun secara bulanan maupun tahunan pada bulan lalu. 

BPS juga mencatat kinerja impor jeblok pada bulan lalu setelah sempat naik pada Januari 2023. Impor pada bulan lalu turun 17,08% dibandingkan bulan sebelumnya atau 4,32% dibandingkan tahun lalu. 

Kinerja impor berdasarkan tiga jenis kelompok pengeluarannya terpantau turun. Impor barang konsumsi anjlok 14,54%, bahan baku turun 15,09%, dan barang modal turun 6,64%, 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...