Peringatan IMF agar Bank RI Tak Bernasib Seperti Silicon Valley Bank

Abdul Azis Said
24 Maret 2023, 13:49
IMF, silicon valley bank, kegagalan bank, bank gagal
123.rf/bumbledee?
Ilustrasi. IMF menyebut sistem keuangan Indonesia tetap tangguh. Meski demikian, pengawasan keuangan harus tetap waspada terhadap kerentanan yang muncul, termasuk mencermati dampak suku bunga yang lebih tinggi terhadap perbankan dan sektor korporasi.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyarankan Indonesia untuk memperketat pengawasan terhadap perbankan terkait kepemilikan terhadap surat utang pemerintah yang semakin besar. Kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB) di AS yang salah satunya dipicu kerugian jumbo akibat penurunan harga obligasi pemerintah menjadi peringatan.

IMF menyebut sistem keuangan Indonesia tetap tangguh. Meski demikian, pengawasan keuangan harus tetap waspada terhadap kerentanan yang muncul, termasuk mencermati dampak suku bunga yang lebih tinggi terhadap perbankan dan sektor korporasi.

"Dengan tingkat utang pemerintah yang lebih tinggi pada neraca bank, kehati-hatian fiskal yang berkelanjutan dan pengawasan bank yang ketat diperlukan untuk meminimalkan risiko yang berasal dari perhubungan bank-negara," kata tim IMF Cheng Hoon Lim dalam dokumen Article IV dikutip Jumat (24/3).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) kepemilikan SBN domestik yang dapat diperdagangkan atau tradable oleh perbankan terus naik terutama selama tiga tahun pandemi. Posisi per 17 Maret, perbankan menyerap 32,44% dari surat utang pemerintah, meningkat dari akhir 2019 atau sebelum pandemi sebesar 21,12%. Meski demikian, porsinya menunjukkan tren penurunan dari awal taun ini masih 33,98%.

Perbankan menjadi pemegang SBN terbesar dibandingkan institusi lainnya karena memiliki porsi kepemilikan hampir sepertiga SBN yang beredar, sementara BI memiliki porsi 18,14%, asuransi dan dana pensiun 16,65% maupun investor individu sebesar 6,28%. Kenaikan pada porsi perbankan itu mengkompensasi kepemilikan asing yang berkurang dan kini tersisa 14,74% dari 38,57% pada saat sebelum pandemi. 

Di sisi lain, IMF melihat kondisi sistem keuangan Indonesia masih tangguh karena perbankan menikmati buffer dan pertumbuhan kredit yang kuat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan kredit tahun lalu mencapai 11,35%.

Kepemilikan jumbo pada surat utang pemerintah menjadi salah satu biang kerok kejatuhan bank terbesar ke-16 AS, SVB belum lama ini. Bank spesialis startup itu memborong banyak surat utang pemerintah AS, US Treasury selama tahun-tahun awal pandemi karena dinilai sebagai aset aman. Namun kepemilikan jumbo itu berbuah petaka ketika dimulainya tren suku bunga tinggi yang mengikis valuasinya. SVB diketahui telah menjual rugi US Treasury yang dipegangnya saat kepanikan deposan meluas memicu bank run.

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers pekan lalu mengatakan kondisi perbankan domestik masih kuat. Perry menyebut kenaikan yield SBN Indonesia tahun lalu tidak signifikan sehingga tak banyak menggerus valuasi portofolio yang dipegang perbankan. Di samping itu, Perry memastikan bank-bank yang mengalami negatif pada valuasi asetnya karena kenaikan yield itu juga sudah membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...