Rupiah Melemah Pagi Ini Imbas Data AS dan Kekhawatiran Deutsche Bank
Nilai tukar rupiah melemah 53 poin ke level Rp 15.188 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Koreksi terhadap kurs rupiah dipengaruhi data PMI Manufaktur AS yang menguat serta kabar terpuruknya raksasa keuangan Jerman, Deutsche Bank.
Mengutip Bloomberg, rupiah tak banyak bergerak menguat dari level pembukaan ke Rp 15.179 pada pukul 09.45 WIB. Namun, masih melema 0,17% dibandingkan akhir pekan lalu. Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah kecuali dolar Hong Kong yang stagnan.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan, rupiah akan melemah dengan bergerak di rentang Rp 15.100-Rp 15.250 per dilar AS. Hal ini seiring data terbaru yang menunjukkan pabrik-pabrik di AS terus membaik.
"Imbal hasil obligasi AS naik dan rebound pada dolar AS setelah data PMI Manufaktur AS yang lebih kuat serta pernyataan hawkish dari pejabat The Fed Bullard yang melihat tingkat suku bunga yang lebih tinggi di 5.50-5.75%," kata dia dalam catatannya pagi ini.
Sementara, kekawatiran terhadap krisis perbankan masih jadi perhatian pasar, dengan respons mix dari investor. Di sisi lain, ia melihat perkembangan terbaru terkait kekhawatiran kondisi raksasa keuangan asal Jerman, Deutshe Bank yang dilanda keterpurukan dengan kejatuhan hharga sahamnya belakangan ini belum akan mempengaruhi rupiah.
Senada, analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra juga memperkirakan rupiah akan terkoreksi hari ini ke arah Rp 15.200 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 15.100 per dolar AS.
Ia menyebut pasar mencermati terkait kenaikan premsi risiko default atau CDS Deutsche Bank. Kabar tersebut menamba kekhawatiran pasar terkait kondisi krisis perbankan yag meluas setelah sebelumnya ada laporan soal penarikan deposit oleh nasabah di bank-bank kecil AS.
"Sehingga bisa mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman lagi dan ini bisa membebani rupiah," kata Ariston dalam catatannya
Di sisi lain, ekspektasi bahwa The Fed tidak akan agresif lagi menaikan suku bunga acuannya tahun ini karena krisis perbankan di AS masih membantu mendongkrak nilai tukar lain terhadap dollar AS.