IMF: Risiko Stabilitas Keuangan Meningkat, Dunia Perlu Waspada
Kejatuhan tiga bank di Amerika Serikat dan masalah pada bank sistemik global Credit Suisse memicu kekhawatiran terhadap krisis perbankan global. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan, risiko terhadap stabilitas keuangan telah meningkat dan menyerukan para pengambil keputusan untuk waspada meskipun negara maju telah mengambil tindakan untuk menenangkan tekanan pasar.
Ia menegaskan kembali pandangannya bahwa tahun ini akan penuh tantanga. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat hingga di bawah 3% karena efek luka akibat pandemi terhadap perekonomian, perang di Ukraina, dan pengetatan moneter. Pertumbuhan ekonomi tahun depan yang diperkirakan lebih baik juga masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia berdasarkan historisnya yang mencapai 3,8%.
IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini mencapai 2,9% dan dijadwalkan akan merilis perkiraan baru pada bulan depan. Georgieva mengatakan, para pembuat kebijakan di negara-negara maju telah menanggapi dengan tegas risiko stabilitas keuangan setelah tiga bank di AS ambruk. Meskipun demikian, kewaspadaan tetap diperlukan.
“Jadi, kami terus memantau perkembangan dengan cermat dan menilai implikasi potensial untuk prospek ekonomi global dan stabilitas keuangan global,” katanya,
Ia menekankan, IMF turut memperhatikan negara-negara yang paling rentan, terutama negara-negara berpenghasilan rendah dengan utang tingkat tinggi. Dia juga memperingatkan bahwa fragmentasi geo-ekonomi dapat memecah dunia menjadi blok-blok saingan ekonomi. Ini mengakibatkan perpecahan berbahaya yang akan membuat semua orang menjadi lebih miskin dan kurang aman.
Georgieva mengatakan, pemulihan ekonomi Cina yang kuat dengan proyeksi pertumbuhan PDB sebesar 5,2% pada 2023, menawarkan beberapa harapan bagi ekonomi dunia, Cina diperkirakan akan menyumbang sekitar sepertiga dari pertumbuhan global pada tahun 2023.
IMF memperkirakan bahwa setiap peningkatan 1% dalam pertumbuhan PDB di Cina menghasilkan kenaikan 0,3% dalam pertumbuhan ekonomi Asia lainnya.
Georgieva mendesak para pembuat kebijakan di Cina untuk bekerja meningkatkan produktivitas dan menyeimbangkan kembali ekonomi dari investasi menuju pertumbuhan yang didorong oleh konsumsi yang lebih tahan lama. Cina juga diharapkan melakukan reformasi berorientasi pasar untuk menyamakan kedudukan antara sektor swasta dan badan usaha milik negara.
Reformasi tersebut diharapkan dapat mengangkat PDB riil sebanyak 2,5% pada 2027 dan sekitar 18% pada 2037.
Menurut Georgieva, menyeimbangkan kembali ekonomi Cina juga akan membantu Beijing mencapai tujuan iklimnya. Menurut dia, beralih ke pertumbuhan yang didorong oleh konsumsi akan menekan permintaan energi, mengurangi emisi, dan mengurangi tekanan keamanan energi.