BI Ungkap Potensi dan Penopang Berlanjutnya Penguatan Rupiah
Rupiah terus menunjukkan tren menguat sejak awal tahun. Pada hari ini pukul 15.00 WIB, berada di level Rp 14.971 per US$ atau sudah menguat 3,86% sejak awal tahun ini. Rupiah terpantau konsisten menguat sejak pekan kedua bulan lalu dan level saat ini merupakan level terkuatnya dalam sebulan terakhir.
"Kami berharap penguatan dapat berlanjut tapi tentunya kami akan terus cermati perkembangan pasar keuangan global, khususnya terkait apa yang terjadi di AS," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto kepada katadata.co.id, Senin (3/4).
Edi mengatakan perkembangan pasar global terutama di Amerika menjadi salah satu faktor penting bagi pelaku pasar. Penguatan rupiah belakangan ini sejalan dengan derasnya aliran masuk modal asing, terutama ke pasar SBN. Modal asing masuk sebesar Rp 8,37 triliun ke pasar surat utang pemerintah sepanjang pekan lalu, sehingga secara tahun kalender sudah ada net buy Rp 54,11 triliun.
Kepercayaan diri asing masuk ke pasar keuangan domestik itu seiring ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS, The Fed tak akan agresif lagi mengerek suku bunga. Edi menyebut ekspektasi itu berkembang di tengah kejatuhan tiga bank di AS.
Ketiga bank AS yang bangkrut itu antara lain Silicon Valley Bank, Silvergate dan Signature. Persepsi yang berkembang bahwa kejatuhan ketiganya ditengarai tak lepas dari efek tren suku bunga tinggi yang berlangsung saat ini. Adapun The Fed memang telah mengerek suku bunga kebijakannya sangat agresif tahun lalu, dengan kenaikan 75 bps dalam beberapa pertemuan beruntun sebagai upaya memerangi inflasi.
"Implikasi dari tidak akan agresifnya kenaikan suku bunga The Fed endorong pelaku pasar melakukan adjustment terhadap perkiraan indeks dolar AS menjadi melemah dari sebelumnya menguat. Otomatis mata uang non-USD khususnya di emerging market cenderung mengalami penguatan," kata Edi.
Lebih lanjut, Edi menyebut BI sendiri akan terus melakukan upaya stabilisasi rupiah melalui berbagai cara. Stabilisasi akan dilakukan melalui intervensi tiga lapis, yakni intervensi di pasar spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pasar sekunder SBN.
BI juga akan melanjutkan operation twist, yakni menjual SBN tenor pendek dan menjual tenor panjang. Tujuannya agar investor tertarik masuk ke pasar SBN karena yield alias imbal hasil jangka pendek naik.
Edi menyebut pihaknya kini juga memiliki instrumen baru, yakni term deposits valas devisa hasil ekspor (TD Valas DHE). Operasi moneter ini memungkinkan perbankan meneruskan DHE eksportir SDA yang direpatriaasi untuk kemudian didepositkan di BI, sehingg membantu meningkatkan posisi cadangam devisa yang dikelola BI.
"Kami melihat langkah tersebut dapat menjaga stabilitas nilai tukar, supply-demand valas, dan tentunya termasuk menjaga confident pasar," kata Edi.