Neraca Pembayaran RI Surplus US$ 6,5 M, Ditopang Aliran Modal Asing
Bank Indonesia mencatat surplus neraca pembayaran Indonesia atau NPI pada kuartal pertama tahun ini mencapai US$ 5,6 miliar, meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya US$ 4,7 miliar. Peningkatan ini ditopang derasnya aliran masuk modal asing ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) di tengah surplus transaksi berjalan yang tak setinggi sebelumnya.
"Kinerja NPI tersebut ditopang oleh berlanjutnya surplus transaksi berjalan dan diiringi oleh surplus transaksi modal dan finansial," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangannya, Selasa (23/5).
Transaksi berjalan mencatat surplus meskipun tak setinggi kuartal sebelumnya yakni US$ 3 miliar atau setara 0,9% PDB. Kinerja ini ditopang surplus neraca perdagangan barang yang tetap tinggi saat defisit neraca jasa menurun.
Surplus neraca perdagangan barang yang tetap tinggi itu didukung permintaan dari mitra dagang utama yang tetap baik terhadap komoditas ekspor nonmigas. Faktor lainnya karena penurunan defisit migas seiring penurunan harga minyak dunia.
Surplus transaksi berjalan juga ditopang defisit neraca jasa yang menurun seiring menguatnya kinerja jasa perjalanan atau travel berkat mobilitas yang meningkat. Dampak positif juga datang dari pembukaan ekonomi Cina yang mendorong kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara. Selain itu, defisit neraca pendapatan primer juga menurun dipengaruhi oleh pembayaran imbal hasil investasi yang lebih rendah.
Aliran Modal Asing
Surplus NPI yang lebih tinggi juga tak lepas dari kinerja moncer neraca transaksi modal dan finansial yang mencatat peningkatan surplus dari kuartal empat tahun lalu sebesar US$ 0,3 miliar menjadi US$ 3,4 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
"Perkembangan ini dikontribusikan oleh peningkatan kinerja investasi portofolio, terutama dalam bentuk aliran masuk pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik, seiring dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda dan imbal hasil aset keuangan yang menarik," kata Erwin.
Ia juga menyebut investasi langsung tetap solid dan membukukan peningkatan surplus sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik. Di sisi lain, defisit transaksi investasi lainnya meningkat karena kenaikan pada investasi swasta dan kebutuhan pembayaran utang luar negeri.
"Ke depan, BI senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," kata Erwin.