Cadangan Devisa Mei Turun Dua Bulan Beruntun, Terendah Sepanjang 2023
Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa pada akhir Mei 2023 sebesar US$ 139,3. Posisi tersebut menurun untuk dua bulan beruntun dan tercatat sebagai terendah sepanjang tahun ini.
Meski turun, BI menilai posisi cadangan devisa tersebut tetap tinggi. Adapun rekor terendah cadev sebelumnya tercatat pada Januari 2023 sebesar US$ 139,4 miliar.
"Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas perbankan sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Jumat (9/6).
Erwin menyebut posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadev itu juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, BI memastikan terus memperkuat ketahanan sektor eksternal. Hal ini sejalan dengan bauran kebijakan yang ditempuh dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Neraca Perdagangan Surplus 36 Bulan
Tren cadangan devisa yang turun saat neraca perdagangan Indonesia sampai April 2023 surplus selama 36 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Neraca perdagangan Indonesia April 2023 mengalami surplus US$3,94 miliar. Surplus ini terutama berasal dari sektor nonmigas US$5,64 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$1,70 miliar.
Surplus tersebut lebih tinggi sekitar 39% dibanding pencapaian Maret 2023. Surplus ini disumbang oleh perdagangan komoditas nonmigas.
"Surplus yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas sebenarnya lebih tinggi, yakni US$ 5,64 miliar, namun tereduksi oleh defisit perdagangan sektor migas US$ 1,70 miliar," tulis BPS dalam laporannya.
"Selama Januari–April 2023, meskipun sektor migas mengalami defisit US$ 6,01 miliar, namun masih terjadi surplus pada sektor nonmigas US$ 22,06 miliar."