Ekonomi RI Masih Aman, Sri Mulyani Waswas Kondisi Dunia Makin Suram
Kondisi ekonomi Indonesia masih ekspansi, bahkan terakselerasi berdasarkan sejumlah indikator terbaru seperti keyakinan konsumen dan PMI manufaktur. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan, kondisi ekonomi dunia semakin melemah sehingga perlu diwaspadai dapat berdampak ke ekonomi dalam negeri.
Menurut Sri Mulyani, sejumlah data menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi Indonesia masih kuat. Optimisme masyarakat terjaga terlihat dari data indeks keyakinan konsumsi BI yang mencapai 127,13 masih berada di atas level optimis. Mandiri Spending Index yang terekam dari data transaksi kartu kredit juga menunjukkan kenaikan di level 156,1.
"Indeks penjualan riil tumbuh tinggi yaitu 8% pada Juni dan PMI manufaktur kembali ekspansif," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (24/7).
Namun demikian, ia melihat tanda-tanda terjadinya rembesan dari pelemahan global terhadap perekonomian di dalam negeri. Ini terlihat dari kinerja ekspor dan impor yang semakin melemah pada Juni.
Ekspor pada Juni 2023 turun 21,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 20,61 miliar, sedangkan impor turun 18,3% menjadi US$ 17,15 miliar. Adapun neraca perdagangan mencatatkan surplus mencapai US$ 3,45 miliar pada Juni dan mencapai US$ 1993 miliar secara akumulatif sepanjang semester I 2023.
Kondisi ekspor impor tersebut tak lepas dari kondisi ekonomi global yang terus melemah. Berdasarkan data Purchasing Managers' Index (PMI) sejumlah negara yang dipantau Kementerian Keuangan, mayoritas atau 61,9% menunjukkan kondisi kontraksi.
Kontraksi ekonomi, antara lain terjadi pada Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Singapura, Malaysia, dan Jepang. "Indonesia masih dalam kelompok negara yang PMI-nya ekspansif, bersama Turki dan Meksiko," kata dia.