Ada Fenomena Deindustrialisasi, Sri Mulyani: Dampak dari Digitalisasi

 Zahwa Madjid
2 November 2023, 09:44
sri mulyani, deindustrialisasi, digitalisasi
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/Spt.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan paparan dalam konferensi pers APBN KiTa di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Rabu (25/10/2023).

Saat ini terjadi fenomena penurunan kinerja sektor manufaktur atau deindustrialisasi yang terjadi di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Kompas 100 CEO Forum pada Rabu (1/11).

Menurut Menkeu, salah satu penyebab fenomena deindustrialisasi adalah industri manufaktur yang kalah cepat dengan industri jasa yang berkembang dengan pesat karena bantuan dari digitalisasi.

“Kalau dulu industri jasa dianggap sektor keuangan, perdagangan saja, tapi sekarang dengan digitalisasi banyak sekali sektor berubah jadi services sehingga ini menyebabkan seolah-olah peranan sektor jasa mengambil alih manufaktur,” kata Sri Mulyani.

Selain itu, kata Sri Mulyani, digitalisasi juga berdampak pada penciptaan lapangan kerja di sektor manufaktur. “Sementara manufaktur jadi kecil apalagi dari employment creation karena ada manufaktur jadi robotik jadi memang peranan dari teknologi ini akan mempengaruhi struktur dari industri,” katanya.

Untuk mendorong sektor manufaktur dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045, Sri Mulyani menjelaskan bahwa dibutuhkan akselerasi dari sisi produktivitas.

Selain itu dari sisi fiskal, kementerian keuangan akan terus menggunakan berbagai instrumen. Mulai dari pemberian insentif dari sisi perpajakan, dari sisi belanja, baik terkait SDM, infrastruktur, hingga memperbaiki birokrasi.

“Kami melakukan penyertaan modal negara dan memberikan dukungan capital kepada BUMN-BUMN yang memiliki peranan baik itu pembangunan infrastruktur dan SDM maupun dari sisi berbagai policy yang lain,” kata Sri Mulyani.

Kinerja industri pengolahan atau manufaktur tumbuh tipis pada kuartal III-2022. Ini tercermin dari Prompt Manufacturing Index-Bank Indonesia (PMI-BI) kuartal III-2022 yang tercatat sebesar 53,71% atau berada pada fase ekspansi (indeks >50%), meningkat dari 53,61% pada triwulan sebelumnya.

Berdasarkan catatan BI peningkatan tersebut didorong oleh komponen pembentuk PMI-BI terutama volume produksi, volume persediaan barang jadi, dan jumlah tenaga kerja.

Peningkatan tersebut terjadi pada mayoritas subsektor, dengan indeks tertinggi pada subsektor Semen & Barang Galian Non Logam (58,91%), subsektor Logam Dasar Besi dan Baja (56,62%), serta subsektor Kertas dan Barang Cetakan (55,63%).

Reporter: Zahwa Madjid

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...