Rupiah Menguat ke 15.698 per Dolar, Investor Menanti Data Inflasi AS
Nilai tukar rupiah menguat 0,02% ke level 15,698 per dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa (14/11). Rupiah menguat seiring koreksi pada imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang tertekan ekspektasi data inflasi negara tersebut.
Mayoritas nilai tukar mata uang Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, dolar Singapura melemah 0,10%, peso Filipina 0,04%, yen Cina 0,05%, ringgit Malaysia 0,25%, dan baht Thailand 0,24%. Hanya dolar Hongkong yang berhasil menguat 0,02%.
Analis pasar uang Lukman Leong memperkirakan rupiah akan menguat terbatas meski mendapat dukungan dari eksternal. Investor juga mengantisipasi data ekspor impor yang diperkirakan turun meski masih akan mencatatkan surplus pada necara perdagangan.
“Rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang 15.650-15.750 per dolar AS," ujar Lukman kepada Katadata.co.id, Selasa (14/11).
Di sisi lain, pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini.
Ia menilai, perhatian atau fokus pasar masih sama, yakni soal kebijakan suku bunga tinggi AS, konflik di jalur Gaza, dan perlambatan ekonomi.
Menurut Ariston, pasar juga menantikan data inflasi konsumen AS bulan Oktober yang dirilis malam ini. “Data ini ditunggu pasar karena berhubungan erat dengan ekspektasi kebijakan suku bunga AS ke depan. Untuk itu mungkin rupiah vs dollar AS masih berkonsolidasi,” katanya.
Ia memperkirakan rupiah hari ini melemah ke arah 15.750 per dolar AS dengan potensi support di sekitar 15.680.