Ekonom Ramal BI akan Pertahankan Suku Bunga 6%
Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) besok, Kamis (22/11). Suku bunga akan dipertahankan pada level 6,00% karena nilai tukar rupiah terkendali, bahkan cenderung menguat.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro memperkirakan suku bunga Bank Indonesia akan tetap berada di level 6,00% seiring kurs rupiah dan inflasi yang masih terkendali. Ia memperkirakan inflasi tahun ini hanya akan mencapai 2,8%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi secara tahunan pada Oktober 2023 tercatat 2,56.
Komoditas yang memiliki andil besar terhadap inflasi atau kenaikan harga tahunan pada Oktober 2023 adalah beras, bawang putih, daging ayam ras, gula pasir, jeruk, kentang, rokok kretek, rokok putih, dan rokok kretek filter.
Kepala Ekonom Bank Central Asia,David Sumual juga menilai Bank Indonesia akan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) di level 6.00%. Ia menilai level suku bunga 6.00% akan bertahan hingga akhir tahun. Namun, potensi kenaikan tetap ada.
“Bisa saja naik lagi terutama tergantung perkembangan eksternal, terutama fed rate,” ujar David.
Kepala Ekonom Bank Permata Joshua Pardede juga memperkirakan bank sentral akan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) di level 6.00%. Perkiraan ini didukung oleh perkembangan terbaru dari sisi eksternal, terutama data ekonomi AS yang menunjukkan bahwa inflasi akan terus menurun dan pasar tenaga kerja terus melonggar.
Dsata tersebut, menurut dia, menyebabkan pasar keuangan global cenderung stabil dan meningkatkan sentimen risk-on di kalangan investor. The Fed saat ini dipandang tidak terlalu hawkish oleh pasar, sehingga memicu arus masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Akibatnya, kami melihat rupiah cenderung menguat terhadap dolarAS dalam beberapa minggu terakhir ini, yang akan mengurangi risiko imported inflation,” ujar Joshua kepada Katadata, Rabu (22/11).
Ia melihat, imbal hasil SBN juga menunjukkan tren penurunan. Meski demikian, menurut doa, ketidakpastian masih akan berlanjut lantaran The Fed belum memberikan sinyal mengenai ruang penurunan suku bunga.
Dari sisi domestik, inflasi dilaporkan sebesar 2,56% secara tahunan pada bulan Oktober-23 atau berada dalam kisaran target 2023. Ia memperkirakan bahwa risiko dampak El Nino terhadap inflasi bahan makanan masih menjadi isu utama yang perlu diantisipasi dengan baik ke depannya.
Neraca perdagangan pada Oktober 2023 juga masih mencatatkan surplus, yang mengindikasikan bahwa risiko neraca transaksi berjalan yang berbalik menjadi defisit di tahun ini tidak terlalu besar dan tidak memberikan risiko besar terhadap stabilitas rupiah.