BI: Tren Kenaikan Suku Bunga Global Berakhir, Tapi Belum akan Turun

 Zahwa Madjid
17 Januari 2024, 16:10
suku bunga, BI, suku bunga global
ANTARA FOTO/Mecca Yumna/Ak/Spt.
Ilustrasi. BI memperkirakan tingkat suku bunga global sudah berakhir.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Bank Indonesia memperkirakan tren kenaikan suku bunga di negara maju telah berakhir meskipun hingga saat ini tingkat bunga masih sangat tinggi.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo memperkirakan, siklus kenaikan suku bunga kebijakan moneter negara maju, termasuk Fed Funds Rate (FFR) dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve telah berakhir. Namun, BI memperkirakan tingkat suku bunga yang cukup tinggi di negara-negara maju saat ini masih akan bertahan tinggi pada semester I 2024.

“Kemungkinan akan mulai menurun pada semester kedua 2024,” ujar Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur, Rabu (17/1).

Tren penurunan suku bunga juga akan didukung oleh penurunan imbal hasil atau yield obligasi pemerintah negara maju, termasuk US Treasury meski masih akan berada di tingkat yang tinggi.  “Tekanan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia juga akan berkurang,” ujar Perry.

Perkembangan tersebut, menurut Perry, akan mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing dan mengurangi tekanan pelemahan nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Namun demikian, menurut dia, tren aliran modal asing masih akan menghadapi sejumlah risko global. Beberapa di antaranya, yakni ketegangan geopolitik, pelemahan ekonomi di sejumlah negara utama, termasuk Cina, serta kepastian waktu dan besarnya penurunan suku bunga moneter negara maju, khususnya FFR/

BI pun memperkirakan ekonomi global tumbuh melambat menjadi 2,8% pada 2024. Ekonomi Amerika Serikat dan India diperkirakan tetap kuat dan menopang pertumbuhan ekonomi global. 

Di sisi lain, ekonomi Cina diperkirakan tumbuh  melambat seiring dengan tetap lemahnya konsumsi rumah tangga dan investasi sebagai dampak lanjutan dari pelemahan kinerja sektor properti.

“Penurunan inflasi di negara maju, termasuk AS, berlanjut, meski masih berada di atas sasaran. Sementara inflasi Cina menurun dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat,” ujar Perry.

Reporter: Zahwa Madjid
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...