Chatib Basri: Konflik Timur Tengah Bisa Sebabkan APBN Defisit Rp 300 T
Mantan Menteri Keuangan sekaligus Ekonom Senior Chatib Basri menyatakan ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang berkepanjangan dapat mengakibatkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperkirakan mencapai Rp 300 triliun.
"Dampak ke APBN skenario terburuknya defisit Rp 300 triliun," kata Chatib, dalam Grab Business Forum 2024 di Jakarta, Selasa (14/5).
Dia memaparkan melonjaknya harga minyak bisa menyebabkan defisit APBN membengkak seiring meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Mantan Menkeu era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini memprediksi harga minyak dunia bisa menyentuh ke level US$ 64 per barel.
"Dalam perang ini Israel-Iran, seluruh negara Arab yang terlibat dan implikasinya harga minyak naik," sebut Chatib Basri. Dia menjelaskan, jika harga minyak naik mencapai US$ 64 dolar per barel, maka akan ada tekanan terhadap APBN.
Sebelumnya, ekonom Mari Elka Pangestu mengingatkan pemerintahan era Jokowi dan Prabowo harus memperhatikan dengan seksama dampak dari konflik Iran - Israel terhadap ekonomi dan kondisi fiskal Indonesia.
Mengingat, konflik kedua negara itu akan berimbas pada pasokan serta harga minyak dunia. Jika harga minyak naik, maka harga barang dan jasa di dalam negeri juga ikut terkerek.
"Harga minyak di luar, terkait dengan kenaikan inflasi dan harga produk, tentu masalahnya kepada anggaran dan fiskal. Defisit anggaran dan fiskal terjadi, kalau harga naik, tentunya subsidi BBM naik, kecuali harga BBM mau dinaikkan," kata Mari dikutip dari Antara, Selasa (16/4).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga pernah menyebut akan ada melakukan penyesuaian anggaran subsidi energi sebagai persiapan menghadapi dampak perang Iran dan Israel.
“Kami harus mempersiapkan berbagai shock. Belum selesai dari global shock perang Rusia-Ukraina, masih ada Israel-Gaza,” ujar Airlangga dalam acara halalbihalal Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Selasa (16/4).
Penyesuaian menjadi langkah penting karena Timur Tengah, khususnya Israel, memiliki peran penting dalam jalur logistik global, terutama untuk transportasi bahan bakar minyak (BBM). "Nah, kami terus melihat kenaikan freight cost,” katanya. Freight cost adalah biaya untuk memastikan suatu barang dapat terkirim hingga tiba di tujuan akhir.