Tahan Pelemahan Rupiah, BI Diperkirakan Masih Tahan Suku Bunga Acuan 6%
Sejumlah ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuan pada hasil Rapat Dewan Gubernur siang ini. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) mengatakan kondisi saat ini belum akan membuat BI menurunkan suku bunganya.
“Menimbang kondisi terkini dari depresiasi rupiah dan belum adanya tekanan inflasi, kami berpandangan Bank Indonesia perlu menahan suku bunga acuannya di 6%,” kata Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, Rabu (20/11).
Dia mengatakan, BI perlu memastikan penyesuaian suku bunga acuan di masa mendatang dilakukan pada waktu yang tepat. Hal itu untuk menjaga stabilitas harga dan memberikan ruang untuk penurunan suku bunga apabila diperlukan.
“Saat ini, pemotongan suku bunga acuan belum mendesak. Menahan suku bunga acuan akan memberikan ruang lebih untuk pemotongan di masa mendatang,” ujar Riefky.
Riefky mengatakan saat ini inflasi umum turun menjadi 1,71% secara tahunan pada Oktober 2024, Dia menjelaskan level inflasi ini sudah mencapai titik terendahnya sejak November 2021.
Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri, Reny Eka juga memproyeksikan BI-Rate masih akan dipertahankan pada level 6% untuk bulan ini. “Kami melihat BI masih akan mempertahankan BI-Rate dengan melihat perkembangan eksternal dan juga domestik,” ujar Reny.
Reny menjelaskan, saat ini volatilitas di pasar uang masih cukup tinggi. Hal itu dengan rupiah yang masih melemah di kisaran level Rp 15.800 per dolar AS meskipun inflasi domestik cukup terkendali.
Sementara dari faktor risiko eksternal, The Fed menyatakan akan berhati-hati dan tidak terburu-buru memangkas suku bunga acuan. Hal itu membuat ekspektasi penurunan Fed Funds Rate ke depan tak akan agresif.
“Begitu pula dengan kebijakan Donald Trump yang diprediksi akan berpotensi membuat inflasi AS meningkat sehingga mempengaruhi timing penurunan suku bunga lebih lanjut," kata Reny.