Deflasi Diprediksi Berlanjut Dipicu Diskon Listrik dan Harga Pangan
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) memproyeksikan Indonesia masih akan mencatat deflasi pada Februari 2025. Dalam laporan Inflasi Bulanan Februari 2025, deflasi diperkirakan masih terjadi karena diskon tarif listrik dan harga pangan.
“Inflasi secara bulanan diprediksi akan berada cukup rendah bahkan deflasi pada rentang minus 0,20% hingga 0,20%,” tulis laporan LPEM FEB UI dikutip Senin (3/3).
Selain itu, LPEM FEB UI juga memprediksi tingkat inflasi secara tahunan pada Februari 2025 akan lebih rendah. Inflasi secara tahunan pada periode tersebut diprediksi antara 0,50% hingga 0,70%.
“Hal ini didorong dengan tingkat inflasi komponen harga bergejolak yang sedikit menurun dan dampak turunan dari diskon tarif listrik,” tulis laporan LPEM FEB UI.
Sebelumnya pemerintah memberikan stimulus dengan menetapkan diskon tarif listrik 50% pada Januari-Februari 2025. Diskon ini berlaku bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 2.200 VA ke bawah. Hal ini juga menjadi salah satu faktor deflasi bulanan pada Januari 2025.
Inflasi Bulanan Berturut-turut
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede juga memproyeksikan deflasi bulanan berturut-turut akan terjadi pada februari 2025. Josua mengatakan hal ini didorong oleh penurunan harga pangan.
Josua menjelaskan indeks harga konsumen atau IHK Indonesia pada Februari 2025 diperkirakan akan mengalami deflasi bulanan 0,08%. “Ini melanjutkan deflasi 0,76% secara bulanan pada Januari 2025,” kata Josua.
Dia mengatakan tren deflasi bulanan tersebut disebabkan oleh penurunan harga pangan yang didorong oleh peningkatan pasokan makanan. Josua bahkan mengantisipasi deflasi bulanan yang signifikan pada kelompok harga bergejolak.
“Secara keseluruhan, kami memperkirakan bahwa IHK kumulatif dari Januari hingga Februari 2025 akan mencerminkan deflasi sekitar 0,84% secara year to date,” ujar Josua.
Ia menambahkan, tingkat inflasi tahunan diproyeksikan menurun lebih lanjut menjadi 0,31% secara tahunan pada periode tersebut. Level ini turun dari 0,76% menjadi level terendah sejak Maret 2000 atau sekitar 25 tahun yang lalu karena berlanjutnya deflasi bulanan.
