Perang Dagang, Cina Balas Trump dengan Tarif Tambahan 15% untuk Barang AS


Cina mengumumkan tarif tambahan hingga 15% terhadap sejumlah barang impor dari Amerika Serikat mulai 10 Maret dan membatasi ekspor ke 15 perusahaan AS. Kebijakan ini merupakan balasan dari kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap barang-barang dari Cina yang mulai berlaku.
Berdasarkan situs Kementerian Keuangan Cina, tarif balasan ini mencakup barang-barang pertanian AS, termasuk jagung dan kedelai, yang akan dikenakan bea masuk baru masing-masing sebesar 15% dan 10%.
Menurut Kementerian Perdagangan, perusahaan yang terkena dampak kontrol ekspor ini, adalah termasuk Leidos dan General Dynamics Land Systems.
Gedung Putih telah mengonfirmasi bahwa bea masuk baru sebesar 10% atas barang-barang Cina mulai berlaku pada hari Selasa (4/3). Dengan demikian, total tarif baru yang dikenakan hanya dalam waktu sekitar satu bulan menjadi 20%.
Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan sebelumnya, Kementerian Perdagangan Cina mengatakan bahwa Beijing dengan tegas menolak bea masuk tambahan AS atas barang-barang Cina dan akan mengambil tindakan balasan.
Menurut mereka, bea masuk akan "merugikan" hubungan perdagangan AS-Cina. Cina mendesak AS untuk menarik kebijakan itu.
Perang dagang membawa risiko pembalasan dan eskalasi. "Khususnya dalam kasus Tiongkok, dan dalam kasus Kanada dan Meksiko, yang juga akan menghadapi tarif hari ini. Kami melihat akan ada tanggapan,” Frederique Carrier, kepala strategi investasi di RBC Wealth Management, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (4/3).
Setelah putaran pertama tarif baru AS pada Februari, Cina membalasnya dengan menaikkan bea atas impor energi AS tertentu. Cina juga menempatkan dua perusahaan AS dalam daftar entitas yang tidak dapat diandalkan yang dapat membatasi kemampuan mereka untuk melakukan bisnis di negara Asia tersebut.
Tarif efektif rata-rata AS atas barang-barang Tiongkok ditetapkan mencapai 33%, naik dari sekitar 13% sebelum Presiden AS Donald Trump memulai masa jabatan terakhirnya pada Januari.
Global Times yang didukung pemerintah Tiongkok melaporkan pada Senin, bahwa Beijing sedang mempertimbangkan tarif pembalasan atas produk pertanian AS.
Ekspor produk pertanian AS seperti kacang kedelai ke Tiongkok menyumbang bagian terbesar dari barang-barang AS yang diekspor ke Tiongkok sebesar 1,2%, atau $22,3 miliar, pada tahun 2023, menurut analisis Allianz Research.
Minyak dan gas berada di peringkat kedua berdasarkan pangsa sebesar 1%, atau US$19,3 miliar, penelitian tersebut menunjukkan. Farmasi berada di peringkat ketiga sebesar 0,8% atau US$15,6 miliar.