Perang Dagang Memanas, Eropa akan Balas Kebijakan Tarif Trump


Uni Eropa berencana mengenakan tarif impor terhadap barang-barang Amerika Serikat senilai 26 miliar euro atau setara Rp 466,7 triliun. Kebijakan ini merupakan balasan atas tarif impor sebesar 25% yang dikenakan Presiden AS Donald Trump terhadap baja dan alumunium.
Tarif impor Trump berlaku mulai Rabu (12/3). Kebijakan ini akan mempengaruhi negara-negara Uni Eropa, Kanada, dan Australia.
Komisi Eropa menyatakan, tindakan balasan ini dirancang untuk melindungi bisnis, pekerja, dan konsumen dari dampak pembatasan perdagangan yang dianggap tidak benar. Uni Eropa rencananya akan memberlakukan kembali tarif impor terhadap barang AS senilai US$ 8 miliar yang sedang ditanggungkan dan tarif baru kepada barang-barang AS senilai US$ 18 miliar.
"Kami akan selalu terbuka untuk negosiasi. Tindakan balasan ini menandai perkembangan terbaru dalam perang dagang yang membara yang telah ditandai oleh janji-janji tarif yang berani," ujar Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, seperti dikutip dari CNBC.
Perang dagang yang semakin memanas meningkatkan kekhawatiran terjadinya resesi terhadap ekonomi Amerika Serikat. Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan bahwa langkah Trump untuk mengenakan tarif logam sama sekali tidak dapat dibenarkan.
"Hal ini bertentangan dengan semangat persahabatan abadi kedua negara kita dan pada dasarnya bertentangan dengan manfaat yang telah diberikan oleh kemitraan ekonomi kita selama lebih dari 70 tahun," katanya dalam sebuah konferensi pers.
Albanese menambahkan bahwa Australia tidak akan mengenakan tarif timbal balik pada impor AS karena hal itu hanya akan meningkatkan harga bagi konsumen Australia.
Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengatakan bahwa Trump tidak lagi berencana untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium Kanada hingga 50%.
Trump sebelumnya mengungkapkan rencana untuk menggandakan bea masuk atas logam dari Kanada, menyusul keputusan provinsi Ontario Kanada untuk mengenakan pajak 25% atas ekspor listrik ke AS. Perdana Menteri Ontario Doug Ford kemudian menghentikan sementara rencana tarif impor tersebut.