Impor Melonjak, Surplus Neraca Perdagangan Turun Jadi US$ 3,12 M pada Februari


Badan Pusat Statistik atau BPS mencatatkan surplus neraca perdagangan pada Februari 2025 sebesar US$ 3,12 miliar, turun US$ 380 juta dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan surplus neraca perdagangan terjadi seiring kenaikan impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspor menjelang Ramadan.
"Surplus neraca perdagangan pada Februari 2025, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi lebih tinggi US$ 2,28 miliar dibandingkan bulan yang sama tahun lalu," ujar Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (17/3).
Ia menjelaskan, ekspor bulan lalu naik 2,58% dibandingkan Januari 2025 menjadi US$ 21,98 miliar. Sedangkan impor naik 5,18% secara bulanan menjadi US$ 18,86 miliar. Meski demikian, kenaikan ekspor secara tahunan lebih tinggi yakni mencapai 14,05% dibandingkan impor sebesar 2,3%.
Adapun surplus neraca perdagangan, terutama disumbangkan oleh komoditas lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta serta besi dan baja. Di sisi lain, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$ 1,72 miliar. “Ini tentunya berasal dari defisit pada hasil minyak maupun minyak mentah,” kata Amalia.
Kinerja Neraca Perdagangan Sesuai Prediksi
Surplus neraca perdagangan RI pada Februari 2025 sesuai proyeksi ekonom. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memproyeksikan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 masih surplus namun melambat.
Josua memprediksi surplus neraca perdaganan Indonesia turund dari dari US$ 3,45 miliar pada Januari 2025 menjadi US$ 1,69 miliar pada Februari 2025. “Penurunan ini dipengaruhi oleh stabilisasi harga komoditas dan perlambatan ekonomi di Cina,” kata Josua.
Dia mengungkapkan sejumlah tantangan masih akan dihadapi Indonesia meski surplus neraca perdagangan masih berlanjut, Josua menjelaskan, stabilisasi harga komoditas dan perlambatan ekonomi diperparah karena ketidakpastian perdagangan global.
Josua memproyeksikan ekspor Indonesia pada Februari 2025 diperkirakan mengalami kontraksi bulanan mencapai 4,42% secara bulanan. Namun, pertumbuhan tahunan tetap positif hingga 6,39%.
Sementara impor diperkirakan diperkirakan akan meningkat didorong pola musiman menjelang Ramadan. Pertumbuhan impor tahunan Indonesia diproyeksikan mencapai 2,01% dan dan secara bulanan meningkat 4,51% pada Februari 2025.