CORE Peringatkan Sinyal Waspada Lesunya Konsumsi Jelang Lebaran 2025

Rahayu Subekti
27 Maret 2025, 11:16
Sejumlah pengunjung memilih pakaian bekas yang dijual di J-Fest Vol. 9 di Jatim Expo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (26/3/2025).
ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/foc.
Sejumlah pengunjung memilih pakaian bekas yang dijual di J-Fest Vol. 9 di Jatim Expo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (26/3/2025).

Ringkasan

  • CORE Indonesia memperingatkan sinyal lesunya konsumsi rumah tangga, terutama kelas menengah ke bawah, menjelang Lebaran 2025. Kondisi ini dianggap anomali karena biasanya terjadi peningkatan konsumsi pada periode tersebut.
  • Deflasi pada Februari 2025, khususnya pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, menjadi indikasi anomali konsumsi. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, kelompok ini justru menyumbang inflasi menjelang Ramadan.
  • Indeks penjualan riil (IPR) Februari 2025 merosot, diikuti penurunan penjualan ritel dan transaksi belanja menggunakan kartu debit dan kredit. Hal ini memperkuat indikasi melemahnya konsumsi rumah tangga.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia merilis studi terbarunya bertajuk Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025. Dalam laporan ini, CORE memperingatkan sinyal waspada lesunya konsumsi rumah tangga menjelang Lebaran.

Menjelang lebaran 2025, CORE mengungkapkan kelompok rumah tangga kelas menengah ke bawah semakin terhimpit oleh carut marut ekonomi domestik. Carut marut pada awal 2025 secara khusus membawa getah kepada rumah tangga kelompok menengah ke bawah.

“Tren ramai ramai berbelanja untuk kebutuhan Ramadan dan Hari Raya tidak tampak,” tulis laporan terbaru CORE Insight, Kamis (27/3).

CORE mengungkapkan, hingga pekan ketiga bulan Ramadan, konsumsi rumah tangga masih lesu. Sebaliknya, ada sinyal kuat bahwa kelompok rumah tangga menengah ke bawah mengerem belanja.

“Kelesuan di bulan Ramadan dan menjelang hari raya ini adalah sebuah anomali yang menggambarkan ketidakberesan di ekonomi domestik Indonesia,” tulis CORE.

Tren Deflasi Awal 2025

Gejala anomali konsumsi rumah tangga menjelang lebaran tertangkap dari tren deflasi pada awal 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi pada Februari 2025 secara tahunan hingga 0,09%, secara bulanan mencapai 0,48%, dan secara year to date 1,24%. Meski begitu, secara agregat, inflasi inti masih cukup baik di level 0,25% secara bulanan dan 2,48% secara tahunan.

Faktor terbesar penyumbang deflasi juga berasal dari kelompok pengeluaran perumahan, air, Listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Hal ini dipicu oleh insentif diskon tarif listrik 50% yang diberikan pemerintah untuk rumah tangga kelas menengah sejak dari Januari hingga Februari 2025.

Namun, CORE menangkap adanya kejanggalan. Deflasi pada Februari 2025 tidak hanya terjadi pada kelompok pengeluaran tersebut, melainkan juga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,12% secara bulanan.

“Padahal, menjelang bulan Ramadan pada tahun-tahun sebelumnya, kelompok makanan, minuman dan tembakau selalu menyumbang inflasi, meskipun dorongan kenaikan harga biasanya tertahan oleh musim panen yang sudah dimulai pada bulan Februari di beberapa daerah di Indonesia,” tulis CORE.

Pada 2024, kelompok pengeluaran ini memberikan andil inflasi secara bulanan sebesar 0,29% pada Februari dan 0,41% pada bulan Maret. Sedangkan pada 2023, kelompok ini memberikan andil inflasi secara bulanan sebesar 0,13% pada Februari dan 0,09% pada Maret.

Penjualan Riil Merosot

Bank Indonesia (BI) juga mencatat Indeks penjualan riil atau IPR pada Februari 2025 diperkirakan merosot 0,5% secara tahunan. Hal ini dipengaruhi jatuhnya penjualan kelompok makanan, minuman, dan tembakau hingga minus 1,7%.

“IPR mencerminkan tingkat penjualan eceran di beberapa kota besar di Indonesia, salah satu indikator penting dari sisi produsen yang dapat menggambarkan pergerakan konsumsi rumah tangga,” tulis CORE.

Dengan mengesampingkan kasus Covid-19 pada 2020-2021, pertumbuhan IPR sebetulnya telah melambat sejak 2017. Sebelum 2017, pertumbuhan IPR selalu double digit, tetapi sejak 2017 pertumbuhan IPR stagnan di bawah 5%.

CORE menilai, perlambatan pertumbuhan IPR sejak 2017 mencerminkan adanya tekanan yang semakin mengeras terhadap konsumsi rumah tangga. Puncaknya adalah anomali pada Ramadan dan Lebaran 2025.

Melemahnya pertumbuhan penjualan beberapa ritel menguatkan hasil survei IPR yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Misalnya, pertumbuhan penjualan Indomaret melambat signifikan dari 44,7% pada 2022-2023, menjadi hanya 4% pada 2024.

Begitu juga dengan Alfamart dari 13,9% pada 2022 terpangkas menjadi 10% pada 2024. Lalu Ramayana dari 8,1% pada 2022 menjadi hanya 0,1% pada 2024.

Perlambatan juga terjadi pada ritel kelas menengah atas seperti Hypermarket. Pertumbuhan penjualannya tergunting setengah dari 4,8% pada 2022 menjadi hanya 2,3% pada 2024. Matahari bahkan penjualannya terjun bebas minus 2,6% pada 2024.

Belanja Menggunakan Kartu Debit dan Kredit Melemah

CORE juga mengungkapkan, perlambatan dan kejatuhan penjualan di beberapa gerai ritel tersebut sejalan dengan melemahnya pertumbuhan transaksi belanja menggunakan ATM dan debit serta kartu kredit.

Bank Indonesia mencatat, pertumbuhan nilai transaksi belanja menggunakan ATM dan kartu debit pada 2024 terkontraksi sangat dalam hingga 4% dibandingkan 2023 yang masih tumbuh 8%.

Pelemahan juga terjadi di transaksi belanja menggunakan kartu kredit yang umumnya dilakukan oleh masyarakat menengah atas. Pada 2024, nilai transaksi belanja menggunakan kartu kredit hanya tumbuh 8% jauh di bawah periode 2023 yang mencatatkan pertumbuhan 26%.

“Pertumbuhan transaksi belanja menggunakan kartu kredit pada 2024 bahkan lebih rendah dari periode sebelum Covid-19 yakni 9% pada 2019,” tulis CORE.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...