48 Negara Jadi Pasien IMF di Tengah Gejolak Perang Dagang

Agustiyanti
21 April 2025, 11:19
IMF, pasien IMF
ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Zabur Karuru/nym.
Managing Director IMF Kristalina Georgieva menyebut, lembaganya tengah membantu 48 negara dalam mengelola neraca pembayaran.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Dana Moneter Internasional atau IMF memastikan akan membantu negara-negara yang kesulitan untuk mengelola ekonomo makro dan melakukan reformasi keuangan. Lembaga ini mencatat, kini ada 48 negara yang mengandalkan dukungan neraca pembayaran dari IMF. 

"Termasuk Argentina, dengan reformasi berbasis pasar yang kuat di bawah dukungan program kami," ujar Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dikutip dari laman resmi IMF, Senin (21/4). 

Georgieva tak membeberkan daftar negara lain yang berada dalam asistensi IMF terkait neraca pembayaran. Adapun Argetina adalah pasien menahun yang telah mengalami krisis ekonomi panjang.

Georgieva pun mengingatkan, pemerintah di berbagai negara untuk memperbarui fokus mereka pada ketidakseimbangan makroekonomi internal dan eksternal di tengah kondisi saat ini.  Negara-negara dengan surplus giro berjalan, menurut dia, umumnya tidak merasakan urgensi untuk melakukan penyesuaian. Mereka adalah eksportir, bukan importir, modal.

Demikian pula dengan negara-negara dengan mata uang cadangan, terutama Amerika Serika yang menikmati kemampuan khusus untuk mempertahankan defisit akun berjalan. Namun, ia mengingatkan, hasil bersih dari surplus dan defisit yang berkelanjutan dapat berupa penumpukan kerentanan.

"Semua negara seharusnya menjalankan kebijakan untuk keseimbangan internal dan eksternal yang lebih baik, mendukung ketahanan dan kesejahteraan kolektif," kata dia. 

IMF memperkirakan, perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina akan menekan pertumbuhan ekonomi global, tetapi tak sampai memicu resesi ekonomi. Namun, ketidakpastian tinggi akibat perang dagang dapat meningkatkan risiko tekanan terhadap pasar keuangan.

Menurut Georgieva, ekonomi berbagai negara saat ini kembali diuji dengan dimulainya kembali sistem perdagangan global yang dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ketegangan perdagangan memicu ketidakpastian yang tak terkira sehingga menyebabkan volatilitas di pasar keuangan meningkat. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...