Impor Barang Konsumsi Melonjak 18%, Didorong Komoditas Buah dan Sayur


Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat, nilai impor Indonesia pada Maret 2025 mencapai US$ 18,92 miliar atau hanya naik 0,38% dibandingkan bulan lalu. Namun, impor barang konsumsi tercatat melesat 18,73% didorong oleh komoditas sayur dan buah.
Berdasarkan data BPS, kenaikan impor barang konsumsi menjadi yang paling tinggi di antara golongan barang lainnya meski secara nilai paling kecil. Impor konsumsi bulan lalu mencapai US$ 1,7 miliar.
“Peningkatan impor barang konsumsi terutama terjadi pada beberapa komoditas sayuran dan buah-buahan seperti bawang putih baik yang fresh ataupun yang didinginkan. Nilai impornya naik US$ 46 juta dibandingkan bulan lalu,” kata Amalia dalam siaran pers, Senin (21/4).
Amalia juga mencatat, impor apel segar naik US$ 32,8 juta pada Maret 2025 dibandingkan bulan sebelumnya.
Adapun impor golongan barang lainnya yakni barang modal naik 7,28% menjadi US$ 3,7 miliar, sedangkan bahan baku penolong turun 3,08% menjadi US$ 13,48 miliar.
Di sisi lain, BPS mencatat, nilai impor bahan baku penolong dan barang modal pada Januari-Maret 2025 naik masing-masing 1,03% dan 10,87% menjadi Rp 40,38 miliar dan Rp 10,47 miliar. Sedangkan impor barang konsumsi anjlok 11,48% menjadi Rp 4,85 miliar.
Impor Paling Banyak dari Cina
BPS mencatat, impor pada bulan lalu yang hanya naik 0,38% ditopang oleh komoditas migas. Sedangkan impor nonmigas turun 1,18% dibandingkan Februari 2025.
Dari 10 golongan barang utama nonmigas Maret 2025, mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya mencatatkan kenaikan impor tertinggi senilai US$ 0,21 miliar atau 8,66% secara bulanan. Sedangkan impor golongan bahan bakar mineral mengalami penurunan terbesar senilai US$ 0,14 miliar atau 29,62%.
“Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Maret 2025 adalah Cina mencapai US$ 6,31 miliar, Jepang US$ 1,22 miliar, dan Thailand US$ 0,71 miliar,” ujar Amalia.
Ia juga mencatat, impor nonmigas dari ASEAN pada periode tersebut mencapai US$ 2,55 miliar, sedangkan dari Uni Eropa mencapai US$ 0,92 miliar.