Wall Street Bergairah, S&P 500 Naik 4 Hari Beruntun

Karunia Putri
16 Mei 2025, 06:47
Wall Street, bursa saham
NYSE
Ilustrasi. Indeks S&P 500 naik 0,41% ke level 5.916,93. Dow Jones Industrial Average naik 0,65% ke posisi 42.322,75, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,18% ke level 19.112,32.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Mayoritas indeks saham utama di Amerika Serikat, Wall Street naik pada penutupan perdagangan Kamis (15/5) waktu setempat. Kenaikan ini ditopang Amerika Serikat dan Cina sepakat untuk memangkas tarif sementara dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS. 

Indeks S&P 500 naik 0,41% ke level 5.916,93, kenaikan empat hari secara berturut-turut. Dow Jones Industrial Average juga naik 271,69 poin atau 0,65% ke posisi 42.322,75, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,18% ke level 19.112,32.

Sentimen pasar, antara lain ditopang oleh hasil pembicaraan antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan pejabat Cina pada akhir pekan lalu. Pertemuan itu disinyalir mampu mencegah penurunan jangka pendek dalam aktivitas ekonomi dan kenaikan inflasi.

Raksasa teknologi tampil moncer pekan ini. Saham-saham seperti Nvidia dan Tesla masing-masing melonjak sekitar 15% dalam sepekan. Meta Platforms juga melesat hampir 9%, sementara Amazon dan Alphabet naik lebih dari 6% dan 7%.

Secara mingguan, Nasdaq Composite melesat 6,6%, diikuti oleh S&P 500 yang naik 4,5%, dan Dow yang menguat 2,6%.

Wakil Presiden Senior dan Spesialis Portofolio di Calamos Investments Joe Cusick menjelaskan, sentimen pasar telah bergeser ke arah optimisme yang terukur, karena ketakutan akan resesi mulai surut. Namun, sejumlah risiko makro dan mikro terus membentuk ‘dinding kekhawatiran yang harus dihadapi investor.

“Fase selanjutnya akan ditentukan oleh apakah reli ini bisa bertahan sepanjang musim panas atau justru memasuki fase konsolidasi atau koreksi yang sehat," ujar Cusick seperti dikutip dari CNBC Jumat (16/5).

Di sisi lain, saham Foot Locker melonjak hampir 86% setelah Dick’s Sporting Goods mengumumkan rencana akuisisi senilai US$ 2,4 miliar. Sebaliknya, saham UnitedHealth anjlok hampir 11% usai laporan dari The Wall Street Journal yang menyebut bahwa Departemen Kehakiman AS tengah menyelidiki perusahaan tersebut.

Namun, juru bicara UnitedHealth mengatakan kepada CNBC bahwa pihaknya belum menerima pemberitahuan resmi dari DOJ terkait investigasi tersebut.

Sejumlah data ekonomi AS juga mempengaruhi pergerakan saham, antara lain data indeks harga produsen dan penjualan ritel yang lesu. 

Investor tidak menduga terjadi deflasi harga grosir sebesar 0,5% pada April dibandingkan bulan sebelumnya yang dirilis Kamis (15/5). Deflasi ini berlawanan dengan ekspektasi para ekonom yang disurvei Dow Jones, yakni inflasi 0,3%.

Sementara itu, penjualan ritel juga naik 0,1%, sesuai ekspektasi pasar, meskipun produksi industri tercatat sedikit di bawah perkiraan.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 8 bps ke level 4,44%, sedangkan untuk tenor 2 tahun turun 9 bps ke level 3,96%.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan