BI Ungkap Alasan Agresif Pangkas Suku Bunga 5 Kali Pada Tahun Ini
Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan (BI-Rate) sebanyak lima kali sepanjang 2025. Pemangkasan dilakukan pada Januari, Mei, Juli, Agustus, dan September.
Pada September 2025, Gubernur BI Perry Warjiyo kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%. Ia menjelaskan kondisi ekonomi global dan domestik menjadi dasar pertimbangan bank sentral dalam keputusan tersebut.
“Perlambatan ekonomi terjadi di banyak negara, termasuk negara mitra dagang utama Indonesia. Ini terjadi seperti di Amerika, Cina, Uni Eropa, Jepang, kecuali untuk India,” kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI, Rabu (17/9).
Selain itu, Perry menambahkan peluang besar Bank Sentral AS (The Fed) untuk memangkas suku bunganya juga menjadi faktor pertimbangan. Ia memperkirakan kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga acuannya mencapai 90% pada pengumuman Federal Open Market Committee (FOMC) besok (18/9).
“Itu sebagai salah satu pertimbangan yang kami lakukan dalam keputusan penurunan BI-Rate pada hari ini,” ujarnya.
Perry juga menyebut indeks dolar AS terhadap mata uang dunia, termasuk Asia, cenderung stabil dan bahkan ada kecenderungan melemah. Menurutnya, kondisi ini akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
Dorong Pertumbuhan Ekonomi RI
Dari sisi domestik, Perry mengatakan inflasi Indonesia terkendali. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2025 tercatat rendah di 2,31% secara tahunan, didorong inflasi inti dan administered prices yang menurun.
Dengan inflasi yang rendah, Perry menegaskan BI berkomitmen mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik.
“Oleh karena itu kenapa BI terus memperkuat sinergi dengan pemerintah, baik fiskal maupun kebijakan sektor riil, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi,” kata Perry.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi RI saat ini masih di bawah kapasitas nasional sehingga permintaan domestik perlu ditingkatkan.
Untuk itu, ia menyambut baik kebijakan fiskal pemerintah yang lebih ekspansif. “Ini termasuk pemindahan dana pemerintah yang semula ada di BI dipindahkan ke perbankan untuk menambah likuiditas,” ujar Perry.
