Rupiah Diprediksi Melemah Usai Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Rahayu Subekti
18 September 2025, 10:21
Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo, Melawai, Jakarta, Senin (15/9/2025). Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Senin (15/9) di Jakarta melemah sebesar 33,50 poin atau 0,20 persen
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/sg
Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo, Melawai, Jakarta, Senin (15/9/2025). Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Senin (15/9) di Jakarta melemah sebesar 33,50 poin atau 0,20 persen menjadi Rp16.408 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.375 per dolar AS.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

 

Rupiah diprediksi tertekan keputusan Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), yang memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5-4,25% pada Rabu (17/9). Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memproyeksikan rupiah akan melemah terhadap dolar AS pada hari ini

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang rebound setelah hasil FOMC, dimana The Fed memangkas suku bunga seperti yang diharapkan namun pernyataan Ketua The Fed Powell yang dianggap less dovish akan pemangkasan di masa depan,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (18/9).

Lukman menambahkan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) juga masih membebani rupiah. BI memutuskan untuk kembali memangkas suku bunganya 25 bps pada September 2025 menjadi 4,75%.

“Rupiah hari ini akan berada di level Rp 16.400 per dolar AS hingga Rp 16.500 per dolar AS,” ujar Lukman.

Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka melemah pada level Rp 16.478 per dolar AS. Level ini turun 41 poin atau 0,24% dari penutupan sebelumnya.

Sementara itu, pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menilai mata uang rupiah masih akan fluktuatif. Namun, ia melihat rupiah masih berpotensi ditutup menguat di level Rp 16.390 per dolar AS hingga Rp 16.440 per dolar AS.

Namun, Ibrahim mengatakan pasar masih belum yakin tentang sinyal yang akan diberikan The Fed terkait pelonggaran moneter di masa mendatang, “Ini mengingat data ekonomi terbaru juga menunjukkan inflasi AS tetap stagnan,” ujar Ibrahim.

 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...