BI Catat Uang Beredar Terus Naik Berkat Pelonggaran Kebijakan Moneter
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa pelonggaran kebijakan moneter mulai berdampak pada kenaikan jumlah uang beredar di masyarakat. Ia memperkirakan tren ini juga akan semakin kuat ke depan.
“Kebijakan moneter longgar juga mendorong kenaikan jumlah uang beredar dan diperkirakan akan meningkat sejalan dengan ekspansi kebijakan fiskal pemerintah untuk mendorong sektor riil,” kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (17/9).
Hal ini terlihat dari pertumbuhan uang primer (M0) Adjusted, yaitu uang primer yang telah memperhitungkan dampak penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) bank di Bank Indonesia akibat pemberian kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM). Pertumbuhan M0 Adjusted ini tercatat 7,34% secara tahunan pada Agustus 2025 atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan M0 (tanpa memperhitungkan dampak KLM) sebesar 0,34%.
Kenaikan M0 Adjusted ini ditopang oleh ekspansi aktiva luar negeri bersih yang sejalan dengan kenaikan cadangan devisa. Namun, faktor lain seperti komponen tagihan bersih kepada pemerintah pusat mengalami kontraksi sehingga menahan kenaikan M0 Adjusted.
Kebijakan moneter ekspansif juga tercermin pada pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) yang meningkat dari 5,46% secara tahunan pada Januari 2025 menjadi 6,53% pada Juli 2025. Kenaikan pertumbuhan M2 dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) yakni dari 7,25% pada Januari 2025 menjadi 8,72% secara tahunan pada pada Juli 2025.
“Ini sejalan dengan peningkatan pertumbuhan uang kartal di luar Bank Umum dan BPR dari 10,30% pada Januari 2025 menjadi 10,98% secara tahunan pada Juli 2025,” ujar Perry.
Ke depan, BI memperkirakan jumlah uang yang beredar akan meningkat. Hal tersebut sejalan dengan ekspansi kebijakan fiskal pemerintah dan pertumbuhan kredit yang akan lebih tingg
